Penilaian Autentik Kurikulum 2013

Thursday, March 16, 2017



BAB I
PENDAHULUAN

      A.     Latar Belakang
Penilaian ialah rangkaian kegiatan untukk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yangg dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapattt menjadi informasi yangg bermakna dalam pengambilan keputusan.
Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengaan perkembangan kurikulum yangg dipergunakan. Berkembangnya kurikulum pendidikan tentu saja sejalan dengaan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yangg terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yangg mungkin tidak sesuai dengaan apa yangg dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yangg telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untukk menilai kemampuan siswa.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yangg baik ialah tidak hanya mengukur apa yangg hendak diukur, namun juga dimaksudkan untukk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yangg mereka pelajari. Penilaian autentik dianggap mampu untukk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dariii siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses belajar itu sendiri. Penilaian autentik juga memberikan kesempatan yangg luas kepada peserta didik untukk menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yangg sudah dimilikinya.



BAB II
PENDAHULUAN

Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga perubahan dalam melaksanakan penilaian. Paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil  yang cenderung  menilai kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes seperti pilihan ganda, benar atau salah, menjodohkan yang telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes tersebut belum bisa mengetahui gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat. Aspek afektif dan psikomotorik juga diabaikan.  Pembelajaran berbasis konstruktivisme,  penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepri
badian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik mendatangkan problem bagi pendidik dalam proses pembelajaran dan penilaian. Pendidik merasa kebingungan dalam proses penilaian yang dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat dan juga serta bagaimana format penilaiannya. Penilaian autentik  sesuai  ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang  penilaian autentik (authentic asessment) dan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar  peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan
Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin  perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Penilaian  autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum  2013.  Kunandar (2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga perubahan dalam melaksanakan penilaian. Paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil yang cenderung menilai kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes seperti pilihan ganda, benar atau salah, menjodohkan yang telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes tersebut belum bisa mengetahui gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat. Aspek afektif dan psikomotorik juga diabaikan. Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya.
Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses (Suparno, 2005).
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik mendatangkan  problem bagi pendidik dalam proses pembelajaran dan penilaian. Pendidik merasa kebingungan dalam proses penilaian yang dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat dan juga serta bagaimana format penilaiannya. Makalah ini membahas tentang penilaian otentik sebagai jawaban atas kebingungan pendidik dalam penilaian sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang penilaian autentik (authentic asessment) dan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Kunandar (2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.
Asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan kita tentang belajar dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang kita ajarkan. Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu asesmen dimana pendidik dapat mempergunakannya untuk meningkatkan kegiatan pendidikan dan mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks.
Beberapa penelitian ditemukan bahwa para guru mengajar untuk memberikan keterampilan pada siswa untuk belajar dan mempraktikkan bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya untuk tujuan yang nyata dan jelas. Penilaian kinerja yang berkisar dari jawaban yang relative pendek sampai pada proyek jangka panjang yang meminta para siswa untuk memperagakan hasil kerjanya, dan hal ini membutuhkan peran serta pemikiran tingkat tinggi siswa untuk menyatukan beberapa keterampilan yang berbeda-beda.
Suatu sistem penilaian yang lengkap, semestinya terdapat keseimbangan antara penilaian kinerja yang lebih pendek dan juga lebih panjang. Asesmen dapat digunakan untuk melihat keberhasilan KBM yang dilakukan sebagai acuan dalam membuat kegiatan/program baru dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan para siswa dan juga para guru, juga sebagai bahan petimbangan dalam membuat suatu kebijakan-kebijakan. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment).
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah sistem penilaian otentik atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Penilaian otentik ini harus dipahami secara mendalam oleh guru-guru mengingat bahwa setiap pengukuran kompetensi peserta didik tidak cukup hanya dengan tes objektif saja, karena tes tersebut tidak dapat menunjukkan seluruh kompetensi yang dikuasai siswa. Penilaian otentik merupakan penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
 PENGERTIAN ASESMEN AUTENTIK
Asesmen autentik adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran (American Librabry Association, Dalam Syofiana, 2010). Senada dengan pendapat tersebut, O’malley dan Pierce (Dalam Anonim, tt) mengatakan bahwa asesmen otentik adalah bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap yang relevan dalam aktivitas kelas. Sedangkan menurut Newton Public Schools (Dalam Syofiana, 2010) Asesmen otentik merupakan penilaian terhadap produk-produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Berdasarkan beberapa pengertian tentang asesmen autentik yang telah dikemukkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap.
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Karakteristik penilaian autentik 
Burhan Nurgiantoro (2011) mengemukakan beberapa karakteristik penilaian autentik, yaitu :

  1. Peserta didik harus mampu menunjukkan penguasaan melakukan sesuatu secara bermakna dalam dunia nyata
  2. Guru mengembangkan peserta didik agar mampu mendemosntrasikan kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu
  3. Tingkat keberhasilan peserta didik dinilai melalui kinerja yang hanya mengukur segala aktivitas peserta didik secara bermakna yang mencerminkan aktivitas dunia nyata
  4. Penilaian menentukan kurikulum, guru terlebih dahulu menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk menunjukkan penguasaannya.
Mutalazimah, dkk (2008) mengemukakan bahwa penilaian autentik mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Pengalaman belajar yang merupakan refleksi dari aktivitas dunia nyata yang lebih valid
  2. Memberikan tugas-tugas instruksional kepada peserta didik yang mengharuskan mereka melakukan konstruksi arti dari setiap materi
  3. Menstimulasi agar peserta didik mempunyai pemikiran dan masukan yang kritis serta menciptakan pendekatan pembelajaran berdasarkan kemampuan kognitif dan metkognitikf
  4. Memberikan pengalaman belajar yang autentik untuk meningkatkan ketertarikan dan memperbaiki sikap peserta didik dalam pembelajaran
  5. Mendrong terciptanya berbagai metode untuk mengekspresikan dan mendukung sikap kolaborasi antar peserta didik. Penilaian tradisional cenderung menekankan pada penguasaan pengetahuan peserta didik.

Manfaat penilaian autentik 
  1. Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capaian kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian yang hanya mengukur capaian pengetahuan yang telah dikuasai pembelajar hanya bersifat tidak langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut pembelajar untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna yang secara otomatis juga mencerminkan penguasaan dan keterampilan keilmuannnya. Unjuk kerja tersebut bersifat langsung, langsung terkait dengan konteks situasi dunia nyata dan tampilannya juga dapat diamati langsung. Hal itu lebih mencerminkan tingkat capaian pada bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa target, pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan menyusun kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret dan dengan topik aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
  2. Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa yang telah dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan mengingat saja yang kurang bermakna. Dengan penilaian autentik pembelajar diminta untuk mengkonstruksikan apa yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret. Dengan cara ini pembelajar akan menyeleksi dan menyusun jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan agar jawabannya relevan dan bermakna.
  3. Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam pembelajaran tradisional, juga model penilaian tradisional, antara kegiatan pengajaran dan penilaian merupakan sesuatu yang terpisah, atau sengaja dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan model penilaian autentik. Ketiga hal tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa belajar, dan guru menilai capaian hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian yang memang sengaja didesain demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik dan pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan terhadap penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk berunjuk kerja mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.
  4. Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model ini memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan penilaian tradisional, misalnya bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi satu cara untuk menjawab dan tidak menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban pembelajar dengan model ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu menutup kreativitas pembelajar untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur kreativitas atau kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.

CIRI PENILAIAN OLEH PENDIDIK
Kegiatan pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Ciri penilaian oleh pendidik yaitu;
1) Belajar Tuntas (mastery learning) . Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. (John B. Carrol, A Model of School Learning).
2)  Otentik (telah diuraikan di atas);
3) Berkesinambungan yaitu memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas;
4) Berdasar Acuan Kriteria/Patokan Mengacu ukuran pencapaian kompetensi/patokan yang ditetapkan. Prestasi kemampuan peserta didik  TIDAK DIBANDINGKAN dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan;
5)  Menggunakan Berbagai Cara & Alat Penilaian Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi. Menggunakan   penilaian yang bervariasi: Tertulis, Lisan, Produk, Portofolio, Unjuk Kerja, Proyek, Pengamatan, dan Penilaian Diri.
Ciri penilaian autentik
            Ciri penilaian autentik antara lain adalah: 1) Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu.;2) Mencerminkan masalah dunia nyata bukan hanya dunia sekolah.; 3) Menggunakan berbagai cara dan kriteria; 4) Holistik (kompetensi utuh merefleksikan sikap,  keterampilan,  dan pengetahuan.
 JENIS-JENIS PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja: Daftar cek (checklist), Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records), Skala penilaian(rating scale), Memori atau ingatan (memory approach).

 Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktutertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasiyang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek:1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan; 2) Kesesuaian atau relevansimateri pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik; 3) Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang  dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,dan penyajian data.
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.1)  Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio; 2) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenisportofolioyang akandibuat; 3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran;4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya; 5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu; 6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan; 7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Penilaian tertulis adalah penilaian yang menuntut peserta didik memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Penilaian tertulis yang dikembangkan dalam penilaian otentik lebih dutekankan pada penilaian tertulis yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkatdan/atau uraian.
Soal dengan mensuplay jawaban terdiri dari Isian atau melengkapi, Jawaban singkat atau pendek, dan Soal uraian. Teknik penilaian tes tertulis uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, mengorganisasikan gagasan yang sudah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersbut dalam bentuk uraian tulisan. Teknik ini dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kemampuan, yaitu mengemukakan pendapat, berpikir logis, kritis, sistematis dan menyimpulkan.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu mempertimbangkan Substansi, misalnya kesesuaian butir soal dengan indikator soal dan indikator pembelajaran; Konstruk, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;Bahasa, misalnya rumusan soal tidaak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Soal bentuk uraian non-objektif tidak dapat diskor  secara objektif, karena jawaban yang dinilai dapat berupa opini atau pendapat peserta didik sendiri, bukan berupa konsep kunci yang sudah pasti. Pedoman penilaiannya berupa kriteria-kriteria jawaban. Setiap kriteria jawaban diberi rentang skor tertentu, misalnya 0 – 5. Tidak ada jawaban untuk suatu kriteria diberi skor 0. Besar- kecilnya  skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu kriteria ditentukan berdasarkan tingkat kesempurnaan jawaban.

Penilaian Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan denganmengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan pesertadidik  Penilaian lisan sering digunakan oleh pendidik di kelas untuk menilai peserta didik dengan cara memberikan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab oleh peserta didik secara lisan juga.

Pertanyaan lisan merupakan variasi dari tes uraian. Penilaian ini sering digunakan pada ujian akhir mata pelajaran agama dan sosial. Kelebihan penilaian ini antara lain: memberikan kesempatan kepada pendidik dan peserta didik untuk menentukan sampai seberapa baik pendidik atau peserta didik dapat menyimpulkan atau mengekspresikan dirinya, peserta didik tidak terlalu tergantung  untuk memilih jawaban tetapi memberikan jawaban yang benar, peserta didik dapat memberikan respon dengan bebas. Penilaian lisan bertujuan untuk mengungkapkan sebanyak mungkin pegetahuan dan pemahaman peserta didik tentang materi yang diuji.  Sedangkan kelemahan tes lisan antara lain subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes dan waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
Penilaian lisan dapat dilakukan dengan dengan teknik sebagai berikut: 1)  Sebelum dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peserta didik, sehingga dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi dan baik dari segi isi maupun konstruksinya; 2) Siapkan pedoman dan ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai kriteria pasti dalam penskoran dan  tidak terkecok dengan jawaban yang panjang lebar dan berbelit-belit; 3) Skor ditentukan saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar pemberian skor atau nilai yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh peserta didik yang lain; 4) Tes yang diberikan hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi; 5) Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan, Pendidik tidak diperkenankan  memberikan angin segar atau memancing dengan kata-kata atau kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan aalasan kasihan atau rasa simpati; 6) Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik di kalangan peserta didik;7)  Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan;8)  Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan pertanyaannya dibuat berlainana atau beragam; 9)  Pelaksanaan tes dilakukan secara individual (satu demi satu), agar tidak mempengaruhi mental peserta didik yang lainnya.
Penilaian Praktik
Penilaian Praktek dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi atau indikator keberhasilan yang menurut peserta didik menunjukkan unjuk kerja, misalnya bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi, menggunkan peralatan laboratorium, mengoperasikan komputer.
Penilaian praktik perlu mempertimbangkan: langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi, kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati, dan kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Teknik Penilaian Praktik dibagi dua macam, yaitu daftar cek dan skala rentang. Daftar Cek Pada penilaian praktek  yang menggunakan daftar cek (ya – tidak), peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Kelemahan teknik penilaian ini ialah penilai hanya mempunyai dua pilihandan tidak menpunyai nilai tengah. Misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Sedangkan Skala Rentang pada penilaian unjuk kerja memungkinkan penilai memberikan skor tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu. Karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua, misalnya sangat kompeten – kompeten – tidak kompeten.- sangat tidak kompeten.  Penilaian skala rentang sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor sujektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
PENILAIAN AUTENTIK DAN TUNTUTAN KURIKULUM  2013
Tuntutan kurikulum 2013 untuk penilaiannya antara lain yaitu : 
1) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran; 
2)  Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain; 
3) Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan  peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik; 
4)  Penilaiana autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai; 
5) Penilaian autentik sering dikontradiksikan  dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat; 
6) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik; 
7) Pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu  akan dinilai; 
8) Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri untuk meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi; 
9)  Penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah; 
10)  Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar, karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja; 
11) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek; 
12) Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.






BAB III
PENUTUP
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran di kelas. Setiap guru sudah seharusnya memahami dan mampu melaksanakan penilaian hasil pembelajaran. Namun penilaian proses dan hasil belajar hendaknya secara menyeluruh, sehingga semua aspek kemampuan peserta didik dapat diukur.





DAFTAR  PUSTAKA
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Arikunto, Suharsimi.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.  Bandung : Bumi Aksara,  1996.
Mimin Haryati. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010

Sejarah, Peraturan dan Teknik Dasar Permainan Takraw

Wednesday, March 15, 2017



A.      SEJARAH SEPAK TAKRAW
Bukti sejarah menunjukkan bahwa permainan sepak takraw telah dimainkan di abad ke-15 oleh Kesultanan Malaka, karena disebutkan dalam teks sejarah Melayu yang terkenal ”Sejarah Melayu”. Sejarah Melayu yang dijelaskan secara rinci tentang Raja Muhammad, seorang putra Sultan Mansur Shah yang tak sengaja terkena bola rotan dari Tun Besar, putra Tun Perak, dalam permainan sepak raga.
Bola itu mengenai tutup kepala Raja Muhammad dan membuatnya terjatuh ke tanah. Dalam kemarahan, Raja Muhammad segera menikam dan membunuh Tun Besar, sehingga beberapa saudara Tun Besar ingain balas dendam dan membunuh Raja Muhammad. Namun, Tun Perak berhasil menahan mereka dan mengatakan bahwa ia tidak akan mengangkat Raja Muhammad sebagai pewaris Sultan. Oleh karena hal itu, Sultan Mansur Shah memerintahkan anaknya meninggalkan Malaka dan mengangkatnya sebagai penguasa di Pahang.
Di Bangkok, tepatnya di Wat Phra Kaeo terdapat bangunan yang didirikan tahun 1785 yang menggambarkan dewa Hindu, Hanuman bermain sepak takraw di cincin dengan pasukan kera. Catatan sejarah lain menyebutkan permainan awal sepak takraw selama pemerintahan Raja Naresuan (1590-1605) dari Ayutthaya. Permainan tetap dalam bentuk lingkaran selama ratusan tahun, dan versi modern sepak takraw dimulai di Thailand pada awal tahun 1740-an.
Pada tahun 1866 dengan Asosiasi Olahraga Malaysia merancang aturan pertama untuk pertandingan sepak takraw. Empat tahun kemudian, asosiasi ini memperkenalkan pertandingan gaya voli pertama. Dalam beberapa tahun, sepak takraw dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah di Malaysia. Pada tahun 1940-an, versi modern sepak takraw telah tersebar di Asia Tenggara bersama dengan aturan formalnya.
Olahraga ini secara resmi dikenal sebagai ‘sepak takraw’. “Sepak” adalah bahasa Melayu untuk menendang dan “takraw” adalah kata Thai untuk bola anyaman. Oleh karena itu sepak takraw secara harafiah berarti menendang bola. Pemilihan nama ini untuk olahraga pada dasarnya merupakan kesepakatan antara dua negara lokomotif sepak takraw yakni Malaysia dan Thailand. Di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan, sepak raga / takraw disebut meraga / maddaga yang dalam bahasa Bugis yang diambil dari kata siraga-raga yang berarti saling menghibur.
Meskipun sudah ada sejak dulu kala, tapi permainan sepaktakraw resmi berkembang di Indonesia tahun 1970. Bermula dari kunjungan muhibah Singapura dan Malaysia yang memperkenalkan permainan sepak raga maka tidak sulit dikembangkan di Indonesia, berdasarkan instruksi Depdikbud tahun 1970, untuk mengembangkan permainan sepaktakraw, di Sulsel, Sumut, Sumbar dan Riau.
Tahun 1971 berdiri secara resmi induk organisasi olahraga dengan nama Perserasi, mempunyai empat anggota, yaitu Pengda Sumut, pengda Sumbar, Pengda Riau, dan Pengda Sulsel. Kemudian sejak itu perkembangan sepaktakraw semakin pesat. Dari empat Pengda tumbuh menjadi 14 Pengda pada tahun 1980 bertepatan dengan diselenggarakannya Kejurnas ke-3. Dua tahun kemudian, di seluruh daerah tingkat I sudah berdiri Perserasi.

B.       PERKEMBANGAN SEPAK TAKRAW

1.  Perkembangan Sepak Takraw di Indonesia
Menurut sejarah perkembangannya, Sepak Takraw berasal dari olahraga tradisional Indonesia, yaitu : Sepak Raga. Daerah – daerah di Indonesia yang semula mengembangkan permainan ini adalah : Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan. Semula permainan sepak raga dimainkan oleh sekelompok bangsawan di daerah – daerah tersebut, kemudian berkembang menjadi permainan rakyat. Sepak raga dimainkan oleh enam sampai Sembilan orang secsara melingkar di suatau tempat terbuka, sebagai hiburan dan pengisi waktu luang dikala orang menunggu waktu senja.
2.  Perkembangan Sepak Takraw Internasional
Pada tahun 1965 Sepak Takraw merupakan satu cabang olahraga yang dipertandingkan Pesta Olahraga South Asia Peninsulars Games ( SEAP GAMES )
yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali yang diikuti oleh Laos, Thailand, Singapura dan Malaysia. Pada tahun 1977 jumlah Negara yang mengikuti SEAP Games diperluas dengan Negara Asia lainnya, yaitu, Indonesia, Brunei dan Philifina; dan nama SEAP Games diubah menjadi South Asian Games ( SEA GAMES).
Pada tingkat internasional Sepak Takraw dipertandingkan pada kejuaraan : SEA Games, ASIAN Games, World Sepak Takraw Championship, World Woman Sepak Takraw Championship, World Youth Sepak Takraw Championship, King`s Cup Thailand, Merdeka Games, Arafura Games, Anniversary Cup dan POM asia tenggara.

C.      TEKNIK DASAR SEPAK TAKRAW
Untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Kemampuan yang sangat penting dan sangat perlu adalah kemampuan dasar bermain sepaktakraw. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa, (1992: 15). Tanpa menguasai kemampuan dasar atau teknik dasar, maka permainan sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik. Agar dapat melatih penguasaan teknik dan taktik permainan sepaktakraw harus berpedoman pada gerakangerakan yang mudah ke sulit.
Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 24) teknik sepaktakraw meliputi sepakan, yaitu: sepaksila, sepakkuda, sepakbadek, sepakcungkil, heading (sundulan kepala), memaha, mendada, menapak, sepakmula (servis), smash, dan blocking”. Menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 15) ”teknik dasar sepaktakraw terdiri dari: sepaksila, sepakkuda, sepakcungkil, menapak, sepakbadek, heading, mendada, menahan, membahu”.
Sedangkan menurut Slamet S.R. (1994: 153-155) Teknik dasar sepaktakraw antara lain: sepaksila, sepakkuda, sepakcungkil, sepaktelapak kaki, lemparan sepakmula. menurut Sulaiman (2004: 18) untuk dapat bermain sepaktakraw yang baik, seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan dasar bermain yang baik. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dasar bermain sepaktakraw.
a. Teknik dasar dalam permainan sepaktakraw antara lain :
1) Sepaksila
2) Sepak kura atau Sepak kuda
3) Sepak badek atau Sepak simpuh
4) Teknik memaha atau main menggunakan paha
5) Heading
Teknik dasar bermain diatas antara satu dengan lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tanpa menguasai teknik dasar sepaktakraw permainan ini tidak dapat dimainkan dengan baik. Teknik dasar dimiliki dengan baik jika berlatih dengan baik. Namun tidak berararti bahwa prestasi sepaktakraw itu hanya ditentukan oleh pemilik teknik dasar yang baik saja, faktor-faktor lainpun banyak lagi yang menunjang peningkatan prestasi, misalnya : fisik, mental, taktik dan strategi, dan yang lainnya.
1) Teknik Dasar Sepaksila
Menurut Sulaiman (2004: 18), sepaksila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepaksila digunakan untuk menerima dan menguasai bola, mengumpan untuk serangan smash dan untuk menyelamatkan serangan lawan.
Teknik melakukan Sepaksila :
a.       Berdiri dengan dua kaki terbuka berjarak selebar bahu.
b.      Jarak badan terhadap bola kurang lebih sejauh separuh panjang lengan, jadi badan lebih dekat terhadap bola karena kaki pemukul berada dengan posisi seperti orang bersila (ditekuk).
c.       Kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu.
d.      Bola dikenai atau bersentuh dengan bagian dalam kaki sepak pada bagian bawah bola.
e.       Kaki tumpu agak ditekuk sedikit dan badan dibungkukan sedikit.
f.       Kedua tangan dibuka dan di bengkokan pada siku untuk menjaga keseimbangan.
g.      Pergelangan kaki sepak pada waktu menyepak dikencangkan.
h.      Bola disepak ke atas lurus melewati kepala.
2)Teknik Sepakkura atau Sepakkuda
Menurut Sulaiman (2004: 19), sepakkura atau sepakkuda adalah sepakan atau menyepak dengan menggunakan punggung kaki. Sepak kura atau sepak kuda digunakan untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan kencang (keras) atau menyelamatkan bola dari serangan lawan, untuk bertahan atau menguasai bola dalam usaha menyelamatkan bola dari serangan lawan supaya tidak jatuh.
Teknik melakukan Sepakkura Atau Sepakkuda :
a.       Berdiri dengan kedua kaki terbuka selebar bahu.
b.      Jarak badan terhadap bola kurang lebih sejauh panjang lengan, karena kaki pemukul pada posisi punggung kaki, sehingga cenderung kaki agak lurus.
c.       Lutut kaki sepak dibengkokkan sedikit sambil ujung jari kaki mengarah ke lantai, kaki tendang diangkat ke arah bola yang datang.
d.      Bola disentuh pada bagian bawahnya, dengan bagian atas kaki (punggung kaki).
e.       Badan dibungkukkan sedikit, kaki tumpu agak ditekuk.
f.       Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan.
g.      Bola disepak ke atas setinggi lutut.
3)Teknik Sepakbadek atau Sepaksimpuh
Menurut Sulaiman (2004: 22), sepakbadek atau sepaksimpuh adalah menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping luar. Disebut juga sepaksimpuh karena menyepak bola sama seperti sikap bersimpuh. Sepakbadek digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, menyelamatkan bola dari smash lawan dan untuk mengontrol atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan.
Teknik melakukan Sepakbadek atau Sepaksimpuh :
a.       Berdiri dengan kedua kaki terbuka dengan jaraknya selebar bahu.
b.      Kaki yang digunakan untuk badek digerakkan keluar, berputar pada paha dengan menghadapkan samping luar kaki ke arah bola.
c.       Tinggi gerakan kaki tidak melebihi lutut.
d.      Bola disentuh pada bagian bawahnya dengan menggunakan sisi luar kaki.
e.       Untuk keseimbangan, badan dicondongkan sedikit ke arah berlawanan dari kaki yang digunakan (kalau kaki kiri yang digunakan badan condongkan ke kanan dan sebaliknya).
f.       Untuk keseimbangan, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku.
g.      Lutut sedikit ditekuk, dan pandangan ke arah bola.
4)Teknik Memaha
Menurut Sulaiman (2004: 23), memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola. Memaha dapat digunakan untuk menahan dan menerima bola dari serangan lawan, atau untuk membentuk dan menyusun serangan.
Teknik melakukan Memaha :
a.       Berdiri dengan kedua kaki selebar bahu.
b.      Kaki diangkat keatas dengan cara lutut ditekuk dan paha tidak melebihi tinggi pinggang (sesuaikan dengan datangnya bola).
c.       Kaki tumpu ditekuk sedikit dan berat badan ada pada kaki tumpu.
d.      Kedua tangan terbuka untuk menjaga keseimbangan.
e.       Bola dikenakan pada paha di atas lutut, agar bola yang datang dapat memantul. Perkenaan pada baha tepat di tengah paha, tidak pada pangkal paha atau pada ujung paha (lutut).
f.       Bola yang dikontrol diarahkan lururs ke atas agar dapat dikuasai lebih lanjut.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memainkan sepaktakraw dengan baik, dalam pengertian mampu memperagakan teknik-tekniknya dengan baik, keterampilan dasar merupakan landasan yang harus dibina sejak awal. Rangkaian latihannya secara bertahap dalam tata urut yang logis menuju pembelajaran teknik-teknik dasar sepaktakraw. Karena peragaan satu teknik dasar suatu cabang olahraga, seperti dalam sepaktakraw misalnya, didukung oleh kombinasi beberapa keterampilan dasar. Selain itu untuk dapat bermain sepaktakraw dengan baik, di samping harus memiliki kondisi fisik prima, keterampilan teknik dan taktik perlu juga dikuasai secara baik juga. Selain teknik dasar juga ada teknik khusus dalam sepaktakraw.
b. Teknik Khusus dalam permainan sepaktakraw
Selain teknik dasar dalam permainan sepaktakraw seorang pemain juga harus mempunyai atau menguasai teknik khusus. Tanpa memiliki teknik khusus itu, permainan sepaktakraw tidak bisa dilakukan dengan baik dan sempurna. Teknik khusus tidak lain adalah cara bermain sepaktakraw. Teknik khusus sangat berperan didalam sebuah permainan karena setelah bola dikuasai apa yang harus dilakukan untuk membuat serangan dan serangan itu dapat menghasilkan angka atau poin. Kemampuan atau ketrampilan yang dimaksud dengan teknik khusus dalam permainan sepaktakraw di atas adalah:
1) Sepakmula (servis).
2) Menerima sepakmula (servis).
3) Mengumpan.
4) Smash.
5) Block/ menahan.
D.      PERATURAN PERMAINAN SEPAK TAKRAW
1.   Service
Servis dilakukan otomatis secara bergantian (rolling).



2.   Lapangan
2.1.   Lapangan Sepaktakraw seukuran dengan lapangan Badminton: 13,40 m x 6,10 m. Takraw dapat dimainkan di dalam gedung dan juga dapat dimainkan di luar gedung (apabila dimainkan di dalam gedung maka tinggi loteng minimal 8 m dari lantai).
2.2.   Keempat sisi lapangan ditandai dengan/cat atau lakban yang lebarnya 4 cm, diukur dari pinggir sebelah luar.
2.3.   Area bebas   :  adalah minimal 3 meter dari garis luar lapangan harus bebas rintangan.
2.4.   Centre Line  :  adalah garis tengah dengan lebar 2 cm.
 
3.   Tinggi tiang (sama dengan net)
3.1.   Putra:
         Tinggi net 1,55 meter di pinggir dan minimal 1,52 meter di tengah.
3.2.   Putri:
         Tinggi net 1,45 meter di pinggir dan minimal 1,42 meter di tengah.
3.3.   Kedudukan tiang 30 cm di luar garis pinggir.

4.   Net:
4.1.   Net terbuat dari tali/benang kuat atau nilon, di mana tiap lubangnya lebar 6 – 8 cm.
4.2.   Lebar net 70 cm dan panjang 6,10 meter.

5.   Bola Takraw
-     Bola terbuat dari plastik (syntetic fibre) dimana awalnya adalah terbuat dari rotan.
-     Lingkaran 42 – 44 cm (putra) dan 43 – 45 cm (putri).
-     Berat adalah 170 – 180 gr (putra) dan 150 – 160 gr (putri).
-     Bola takraw selain bola syntetic di atas dapat juga bola satu warna atau berwarna warni, tetap bola tersebut tidak mempengaruhi penampulan/permainan atlit.
-     Bola takraw dapat juga terbuat dari karet syntetic atau bahan karet melapisi lingkaran bola yang disetujui oleh ISTAF pada setiap pertandingan.
Semua kejuaraan Internasional regional mesti memakai bola yang telah disetujui oleh ISTAF.

6.   Pemain
6.1.   Permainan ini dimainkan oleh dua “Regu” masing-masing regu terdiri dari 2 orang pemain, dan setiap regu ditambah 1 (satu) pemain cadangan.
6.2.   Salah satu pemain dari regu tersebut melakukan servis di garis belakang dengan cara melambung sendiri bola tersebut saat melakukan servis disebut Tekong dan satu lagi di depan sebagai penyerang.
6.3.   Pemain yang tidak melakukan servis disebut juga tekong pilihan, kedua regu masing-masing berada di dalam lapangan.

7.   Pakaian Pemain
7.1.  Semua pemain putra diharuskan memakai pakaian kaos seragam yang berlengan T-Shirt dan bersepatu karet, dan untuk putri diharuskan memakai kaos bundar leher serta celana sebatas lutut. Tidak diperkenankan pemain memakai pakaian yang membahayakan lawan selama pertandingan.
Catatan:  Kecuali dalam kondisi cuaca dingin pemain diperkenankan memakai track suits.
7.2.  Pakain yang pantas untuk seorang pemain adalah yang menutupi badan seperti baju kaos/T-shirt (dipakai rapi/dimasukkan).
7.3.   Pakain pemain yang membantu kecepatan bola tidak diperbolehkan.
7.4.   Kapten regu harus memakai band tangan di sebelah kiri.
7.5.  Semua pemain diharuskan memakai pakaian dengan nomor punggung yang tetap selama Tournament.

8.   Subtitution (Penggantian Pemain)
8.1.   Setiap “Regu” boleh melaksanakan penggantian pemain 2 kali dalam 1 set.
8.2.   Penggantian pemain diperbolehkan setiap saat ketika bola mati, melalui Tim Manager/Pelatih yang disetujui oleh Official Referee, selama belum melewati 2 kali dalam set tersebut. Pemain yang mendapat “Kartu Merah” dan dikeluarkan oleh wasit dapat diganti dengan ketentuan belum ada penggantian pemain sebelumnya.
8.3.   Setiap regu yang kurang dari 2 pemain tidak dapat melanjutkan pertandingan tersebut dan dinyatakan kalah.

9.   Official (Petugas Pertandingan)
Suatu pertandingan resmi harus dipimpin Technical Official sebagai berikut:
9.1.   2 (dua) Technical Delegate
9.2.   6 (enam) juri (Dewan Hakim)
9.3.   1 (satu) Official Referee
9.4.   2 (dua) Wasit (wasit utama dan wasit dua)
9.5.   6 (enam) penjaga garis/lineman’s (4 disisi lapangan dan 2 digaris belakang)

10. Undian & Pemanasan Pemain
10.1. Sebelum permainan dimulai, wasit (official referee) akan melakukan undian, dalam hal ini yang menang undian berhak memilih “Sepakmula” atau “Tempat”.

11. Posisi Pemain pada Waktu Servis
11.1. Sebelum permainan dimulai, kedua regu harus berada di lapangan masing-masing dalam posisi siap bermain.
11.2. Dalam melakukan sepakmula, posisi tekong harus berada di belakang garis (base line), dan melakukan servis dengan cara melambung bola sendiri.
11.3. Pemain yang tidak melakukan servis dapat mengambil posisi bebas di lapangan sendiri.
11.4. Lawan atau regu penerima servis bebas bergerak di dalam lapangan sendiri.

12. Permulaan Permainan & Sepakmula
12.1. Servis segera dilaksanakan apabila wasit telah menyebut posisi angka. Jika tekong telah melambung bola sebelum wasit menyebut posisi angka, maka lambungan bola diulang dan wasit akan memberi peringatan, apabila masih terulang maka diputuskan batal.
12.2. Ketika servis dilaksanakan saat tekong melakukan servis pemain akan bergerak di lapangan masing-masing.
12.3. Servis dinyatakan sah apabila melewati net dan tidak melewati pita pembatas pada kedua sisi lapangan.
12.4. Pemain melakukan servis otomatik akan dilaksanakan pergantian servis apabila terjadi point atau tidak point.

13. Kesalahan (Batal)
13.1. Kesalahan pihak penyepakmula:
13.1.1. Tekong yang melakukan servis, memainkan bola, melemparkan bola kepada teman sendiri, memantulkan, melempar dan menangkap lagi setelah wasit menyebut posisi angka.
13.1.2. Pemain yang tidak melakukan servis dapat mengambil posisi yang sesuai yang diinginkan dengan tidak membayangi/menghalangi pandangan lawan.
13.1.3. Tekong melompat ke dalam lapangan atau ketika kaki melewati garis belakang atau dipinggir lapangan termasuk menyentuh garis belakang ketika melakukan servis.
13.1.4. Tekong tidak melakukan servis bola yang dilambung.
13.1.5. Bola menyentuh salah seorang pemain (teman sendiri) sebelum bola melewati net.
13.1.6. Bola jatuh di luar lapangan.
13.1.7. Bola tidak melewati net.
13.1.8. Pemain menggunakan tangan atau kedua tangan bagian lengan untuk bantuan saat melakukan servis walaupun tangan tidak terus langsung pengenaan bola tapi menyentuh objek ketika melaksanakan servis.
13.2. Kesalahan dipihak penerima servis dan sepak mula
13.2.1. Berusaha mengalihkan perhatian lawan seperti: (isyarat tangan, menggertak, bersuara keras dan membuat keributan).
13.3. Kesalahan pada kedua pihak
13.3.1. Ada pemain yang mengambil bola di lapangan lawan.
13.3.2. Menginjak dan melewati satu telapak kaki garis tengah (centre line).
13.3.3. Ada pemain (perlengkapan sekalipun) melewati lapangan lawan, walaupun di atas/di bawah net kecuali pada saat “The follow through ball”.
13.3.4. Mempermainkan bola lebih dari 3 kali.
13.3.5. Bola mengenai tangan.
13.3.6. Menahan/menjepit bola diantara lengan dan badan antara dua kaki atau badan.
13.3.7. Ada bagian badan atau perlengkapan pemain seperti: sepatu, pengikat kepala dan lain-lain, menyentuh net tiang, atau kursi wasit atau jatuh di lapangan lawan. Batal juga diberikan kepada pemain yang menyentuh kursi wasit/linesman atau memegang pembatas sebelum menendang bola.
13.3.8. Bola mengenai loteng/atap atau dinding pembatas (objek lainnya).
13.3.9. Ada pemain sengaja memperlambat permainan yang tidak perlu (peringatan).

14. Sistem Perhitungan Angka
14.1.  Apabila penerima servis, atau yang melakukan sepak mula terjadi kesalahan otomatis akan peroleh angka sekaligus melakukan sepak mula lagi.
14.2.  Angka kemenangan setiap set maximum 21 angka, kecuali pada saat posisi angka 20 – 20, pemenang akan ditentukan pada saat selisih 2 angka sampai batas akhir 25 point, ketika 20-20 wasit utama menyerukan batas angka 25 point.
14.3.  Memberikan kesempatan istirahan 2 menit masing-masing pada akhir set pertama/kedua termasuk Tie Break.
14.4.  Apabila masing-masing regu memenangkan 1 set, maka permainan akan dilanjutkan dengan set “Tea Break” dengan 15 point, kecuali pada posisi 14 – 14, pemenang ditentukan pada selisih 2 angka, sampai batas akhir angka 17.
14.5. Sebelum set tie break dimulai, wasit II akan melakukan undian “Toss”. Regu yang menang undian toss akan melakukan sepak mula pada saat tie break ini, pada pertukarantempat pada set tie break akan dilakukan apabila salah satu Regu mencapai angka 8.

15. Time Out
1 menit setiap set pertama pada angka 11 dan set kedua pada angka 11 termasuk tie break angka 8, ketika bola mati.
      Selama time out hanya 5 orang yang diperbolehkan berada di garis belakang/base line (3 pemain dan 2 pelatih).

16. Penghentian Permainan Sementara
16.1. Wasit yang sedang memimpin pertandingan dapat menghentikan permainan sementara yang disebabkan karena: gangguan lapangan, gangguan keamanan, gangguan cuaca atau ada pemain cedera dengan waktu tidak lebih dari 5 menit.
         Apabila lebih dari 5 menit pemain tidak dapat melanjutkan permainan maka penggantian pemain dapat dilakukan sepanjang belum diadakan penggantian sebelumnya.
16.2. Pemain yang cedera diizinkan 5 menit sebagai injury time out setelah 5 menit pemain tersebut tak dapat melanjutkan permainan, maka penggantian dapat dilakukan selama belum terjadi penggantian sebelumnya.
16.3. Selama penghentian semantara, semua pemain tidak diperbolehkan meninggalkan lapangan untuk menerima minuman/makanan atau bantuan lainnya.
16.4. Apabila suatu pertandingan terhalang karena keadaan luar biasa sehingga pertandingan tidak dapat diteruskan, maka pertandingan dapat ditunda sampai keadaan mengijinkan. Adapun kedudukan angka dalam penundaan lebih dari 2 jam, kembali kosong-kosong sedangkan set yang telah selesai tetap tidak berubah.

17. Decipline (Tata Tertib)
17.1. Setiap pemain harus mematuhi peraturan permainan.
17.2. Selama permainan berlangsung, hanya kapten regu yang diperbolehkan berhubungan dengan wasit, kecuali atas kehendak wasit.

18. Pinalty (hukuman)
Pemain yang melanggar peraturan di bawah ini akan mendapat hukuman pernyataan dari wasit apabila:
18.1. Causanable ………….
         Memperlihatkan sikap tidak sopan kepada: pemain lain atau penonton juga kepada wasit atas keputusan yang diambil.
18.2. Menampakkan sikap tidak bersahabat dan tidak sopan.
18.3. Menghubungi wasit yang bertugas secara kasar mengenai suatu keputusan yang diambil.
18.4. Meninggalkan lapangan permainan tanpa permisi kepada wasit yang memimpin pertandingan.
18.5. Memberikan bola kepada pihak lawan dengan menggunakan kaki atau melemparkannya dengan kasar.
18.6. Berlakukan tidak sopan selama permainan.
Catatan: Wasit menggunakan kartu sebagai berikut:
Kartu Kuning     :  Peringatan
Kartu Merah       :  Pengusiran
Kartu Merah akan diberikan apabila:
a.   Apabila pemain telah menerima Kartu Kuning pada pertandingan yang sama.
b.   Sikap kasar (tidak sopan) seperti: memukul, menendang, meludah, dll.
c.   Menggunakan kata-kata kotor atau caci maki.
Catatan :  Pemain yang mendapat kartu merah, harus segera keluar lapangan sebagai ganjaran indicipline, dan pemain tersebut tidak boleh bermain selama kejuaraan berlangsung.
18.7. Penggantian pemain diizinkan sesuai dengan peraturan butir (7.4).
18.8. Pemain yang telah dikenai kartu merah tidak diizinkan bermain pada permainan berikutnya sampai dikeluarkan keputusan lain Dewan hakim.

19. Kelakuan Buruk para Tim Official (Manager atau Pelatih)
Tindakan tata tertib juga diberikan kepada Tim Official karena:
a.   Melanggar tata tertib dan peraturan permainan.
b.  Mendukung pemainnya yang melanggar tata tertib dan peraturan permainan.
c.   Mengganggu jalannya permainan.

20. Umum
Wasit yang memimpin pertandingan bersama Official Referee akan menggunakan kebijaksanaannya untuk menyelesaikan masalah yang belum tercantum dalam peraturan ini.
Keputusan Official Referee adalah mutlak (tidak dapat diganggu gugat).

Syarat Mutlak yang Dimiliki oleh Wasit
Seorang wasit yang baik harus memenuhi syarat sbb:
20.1. Standar fisik dan kesegaran jasmani yang baik meliputi:
20.1.1. Mata (tidak berkacamata)
20.1.2. Pendengaran (tidak tuli)
20.2. Bermoral dan karakter yang baik
20.3. Menguasai peraturan permainan Sepaktakraw
20.4. Pemikiran yang profesional
20.5. Berdedikasi dan inisiatif
20.6. Percaya diri, daya fikir yang baik dan tepat dalam mengambil keputusan
20.7. Berjiwa kepemimpinan
20.8. Berkewajiban (comitment)

Good Moral Character meliputi:
20.8.1.1.    Referee’s Personality/berkepribadian sebagai wasit
20.8.1.2.    Sense of Responsibility/bertanggung jawab
20.8.1.3.    Referee’s Qualities/berkualitas
20.8.1.4.    Good Moral Character/berkepribadian baik
20.8.1.5.    Behavior & courteous
20.8.1.6.    Considerate & Sympathetic
20.8.1.7.    Good Leadership
20.8.1.8.    Perception & impression
20.8.1.9.    Sharp memory

Langkah-Langkah Wasit dalam Memimpin Pertandingan
Wasit melaksakan prosedur sebagai berikut:
1.   Memeriksa lapangan permainan, garis, tiang, net, bola, posisi kursi wasit dan letak kursi linesman menurut peraturan.
2.   Mengadakan briefing dengan para linesman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta bagaimana memberi isyarat: masuk atau keluar bila ditanya oleh wasit.
3.   Memastikan regu yang mana melakukan sepak mula atau pilih tempat dan pemanasan awal. (Regu yang melakukan sepak mula harus dicatat pada lembaran skor/score sheet).
4.   Memeriksa pakaian pemain, mereka tidak diperbolehkan memakai: gelang, cincin, jam dan gigi palsu. Hal tersebut dilarang demi keamanan.
5.   Memperkenalkan:
5.1.   Nama kejuaraan yang dipimpin.
5.2.   Kategori untuk: Putra/Putri
5.3.   Jenis pertandingan (Tim atau Regu atau Double Event)
5.4.   Peserta yang bertanding
5.5.   Wasit yang mengumumkan
5.6.   (Set I, Set II, dan Tie Break) sebut mulai dari kanan.

  1. double – event sepak takraw

PERATURAN PERMAINAN SEPAKTAKRAW DOUBLE REGU

Peraturan Sepaktakraw Double Regu sama dengan Peraturan Sepaktakraw kecuali yang berubah adalah:
1.   Service
-     Dilaksanakan sendiri, dengan (lambung sendiri) dilakukan di sepanjang belakang garis (base line).
-     Servis dilakukan otomatis secara bergantian (rolling).
2.   Lapangan
2.1.   Lapangan Sepaktakraw seukuran dengan lapangan Badminton: 13,40 m x 6,10 m. Takraw dapat dimainkan di dalam gedung dan juga dapat dimainkan di luar gedung (apabila dimainkan di dalam gedung maka tinggi loteng minimal 8 m dari lantai).
2.2.   Keempat sisi lapangan ditandai dengan/cat atau lakban yang lebarnya 4 cm, diukur dari pinggir sebelah luar.
2.3.   Area bebas   :  adalah minimal 3 meter dari garis luar lapangan harus bebas rintangan.
2.4.   Centre Line  :  adalah garis tengah dengan lebar 2 cm.
 
3.   Tinggi tiang (sama dengan net)
3.1.   Putra:
         Tinggi net 1,55 meter di pinggir dan minimal 1,52 meter di tengah.
3.2.   Putri:
         Tinggi net 1,45 meter di pinggir dan minimal 1,42 meter di tengah.
3.3.   Kedudukan tiang 30 cm di luar garis pinggir.
4.   Net:
4.1.   Net terbuat dari tali/benang kuat atau nilon, di mana tiap lubangnya lebar 6 – 8 cm.
4.2.   Lebar net 70 cm dan panjang 6,10 meter.


5.   Bola Takraw
-     Bola terbuat dari plastik (syntetic fibre) dimana awalnya adalah terbuat dari rotan.
-     Lingkaran 42 – 44 cm (putra) dan 43 – 45 cm (putri).
-     Berat adalah 170 – 180 gr (putra) dan 150 – 160 gr (putri).
-     Bola takraw selain bola syntetic di atas dapat juga bola satu warna atau berwarna warni, tetap bola tersebut tidak mempengaruhi penampulan/permainan atlit.
-     Bola takraw dapat juga terbuat dari karet syntetic atau bahan karet melapisi lingkaran bola yang disetujui oleh ISTAF pada setiap pertandingan.
-     Semua kejuaraan Internasional regional mesti memakai bola yang telah disetujui oleh ISTAF.
6.   Pemain
6.1.   Permainan ini dimainkan oleh dua “Regu” masing-masing regu terdiri dari 2 orang pemain, dan setiap regu ditambah 1 (satu) pemain cadangan.
6.2.   Salah satu pemain dari regu tersebut melakukan servis di garis belakang dengan cara melambung sendiri bola tersebut saat melakukan servis disebut Tekong dan satu lagi di depan sebagai penyerang.
6.3.   Pemain yang tidak melakukan servis disebut juga tekong pilihan, kedua regu masing-masing berada di dalam lapangan.
7.   Pakaian Pemain
7.1.   Semua pemain putra diharuskan memakai pakaian kaos seragam yang berlengan T-Shirt dan bersepatu karet, dan untuk putri diharuskan memakai kaos bundar leher serta celana sebatas lutut. Tidak diperkenankan pemain memakai pakaian yang membahayakan lawan selama pertandingan.
Catatan:  Kecuali dalam kondisi cuaca dingin pemain diperkenankan memakai track suits.
7.2.   Pakain yang pantas untuk seorang pemain adalah yang menutupi badan seperti baju kaos/T-shirt (dipakai rapi/dimasukkan).
7.3.   Pakain pemain yang membantu kecepatan bola tidak diperbolehkan.
7.4.   Kapten regu harus memakai band tangan di sebelah kiri.
7.5.   Semua pemain diharuskan memakai pakaian dengan nomor punggung yang tetap selama Tournament.
8.   Subtitution (Penggantian Pemain)
8.1.   Setiap “Regu” boleh melaksanakan penggantian pemain 2 kali dalam 1 set.
8.2.   Penggantian pemain diperbolehkan setiap saat ketika bola mati, melalui Tim Manager/Pelatih yang disetujui oleh Official Referee, selama belum melewati 2 kali dalam set tersebut. Pemain yang mendapat “Kartu Merah” dan dikeluarkan oleh wasit dapat diganti dengan ketentuan belum ada penggantian pemain sebelumnya.
8.3.   Setiap regu yang kurang dari 2 pemain tidak dapat melanjutkan pertandingan tersebut dan dinyatakan kalah.
9.   Official (Petugas Pertandingan)
Suatu pertandingan resmi harus dipimpin Technical Official sebagai berikut:
9.1.   2 (dua) Technical Delegate
9.2.   6 (enam) juri (Dewan Hakim)
9.3.   1 (satu) Official Referee
9.4.   2 (dua) Wasit (wasit utama dan wasit dua)
9.5.   6 (enam) penjaga garis/lineman’s (4 disisi lapangan dan 2 digaris belakang)
10. Undian & Pemanasan Pemain
10.1. Sebelum permainan dimulai, wasit (official referee) akan melakukan undian, dalam hal ini yang menang undian berhak memilih “Sepakmula” atau “Tempat”.
11. Posisi Pemain pada Waktu Servis
11.1. Sebelum permainan dimulai, kedua regu harus berada di lapangan masing-masing dalam posisi siap bermain.
11.2. Dalam melakukan sepakmula, posisi tekong harus berada di belakang garis (base line), dan melakukan servis dengan cara melambung bola sendiri.
11.3. Pemain yang tidak melakukan servis dapat mengambil posisi bebas di lapangan sendiri.
11.4. Lawan atau regu penerima servis bebas bergerak di dalam lapangan sendiri.
12. Permulaan Permainan & Sepakmula
12.1. Servis segera dilaksanakan apabila wasit telah menyebut posisi angka. Jika tekong telah melambung bola sebelum wasit menyebut posisi angka, maka lambungan bola diulang dan wasit akan memberi peringatan, apabila masih terulang maka diputuskan batal.
12.2. Ketika servis dilaksanakan saat tekong melakukan servis pemain akan bergerak di lapangan masing-masing.
12.3. Servis dinyatakan sah apabila melewati net dan tidak melewati pita pembatas pada kedua sisi lapangan.
12.4. Pemain melakukan servis otomatik akan dilaksanakan pergantian servis apabila terjadi point atau tidak point.
13. Kesalahan (Batal)
13.1. Kesalahan pihak penyepakmula:
13.1.1. Tekong yang melakukan servis, memainkan bola, melemparkan bola kepada teman sendiri, memantulkan, melempar dan menangkap lagi setelah wasit menyebut posisi angka.
13.1.2. Pemain yang tidak melakukan servis dapat mengambil posisi yang sesuai yang diinginkan dengan tidak membayangi/menghalangi pandangan lawan.
13.1.3. Tekong melompat ke dalam lapangan atau ketika kaki melewati garis belakang atau dipinggir lapangan termasuk menyentuh garis belakang ketika melakukan servis.
13.1.4. Tekong tidak melakukan servis bola yang dilambung.
13.1.5. Bola menyentuh salah seorang pemain (teman sendiri) sebelum bola melewati net.
13.1.6. Bola jatuh di luar lapangan.
13.1.7. Bola tidak melewati net.
13.1.8. Pemain menggunakan tangan atau kedua tangan bagian lengan untuk bantuan saat melakukan servis walaupun tangan tidak terus langsung pengenaan bola tapi menyentuh objek ketika melaksanakan servis.
13.2. Kesalahan dipihak penerima servis dan sepak mula
13.2.1. Berusaha mengalihkan perhatian lawan seperti: (isyarat tangan, menggertak, bersuara keras dan membuat keributan).
13.3. Kesalahan pada kedua pihak
13.3.1. Ada pemain yang mengambil bola di lapangan lawan.
13.3.2. Menginjak dan melewati satu telapak kaki garis tengah (centre line).
13.3.3. Ada pemain (perlengkapan sekalipun) melewati lapangan lawan, walaupun di atas/di bawah net kecuali pada saat “The follow through ball”.
13.3.4. Mempermainkan bola lebih dari 3 kali.
13.3.5. Bola mengenai tangan.
13.3.6. Menahan/menjepit bola diantara lengan dan badan antara dua kaki atau badan.
13.3.7. Ada bagian badan atau perlengkapan pemain seperti: sepatu, pengikat kepala dan lain-lain, menyentuh net tiang, atau kursi wasit atau jatuh di lapangan lawan. Batal juga diberikan kepada pemain yang menyentuh kursi wasit/linesman atau memegang pembatas sebelum menendang bola.
13.3.8. Bola mengenai loteng/atap atau dinding pembatas (objek lainnya).
13.3.9. Ada pemain sengaja memperlambat permainan yang tidak perlu (peringatan).
14. Sistem Perhitungan Angka
14.1. Apabila penerima servis, atau yang melakukan sepak mula terjadi kesalahan otomatis akan peroleh angka sekaligus melakukan sepak mula lagi.
14.2. Angka kemenangan setiap set maximum 21 angka, kecuali pada saat posisi angka 20 – 20, pemenang akan ditentukan pada saat selisih 2 angka sampai batas akhir 25 point, ketika 20-20 wasit utama menyerukan batas angka 25 point.
14.3. Memberikan kesempatan istirahan 2 menit masing-masing pada akhir set pertama/kedua termasuk Tie Break.
14.4. Apabila masing-masing regu memenangkan 1 set, maka permainan akan dilanjutkan dengan set “Tea Break” dengan 15 point, kecuali pada posisi 14 – 14, pemenang ditentukan pada selisih 2 angka, sampai batas akhir angka 17.
14.5. Sebelum set tie break dimulai, wasit II akan melakukan undian “Toss”. Regu yang menang undian toss akan melakukan sepak mula pada saat tie break ini, pada pertukarantempat pada set tie break akan dilakukan apabila salah satu Regu mencapai angka 8.
15. Time Out 1 menit setiap set pertama pada angka 11 dan set kedua pada angka 11 termasuk tie break angka 8, ketika bola mati.
      Selama time out hanya 5 orang yang diperbolehkan berada di garis belakang/base line (3 pemain dan 2 pelatih).
16. Penghentian Permainan Sementara
16.1. Wasit yang sedang memimpin pertandingan dapat menghentikan permainan sementara yang disebabkan karena: gangguan lapangan, gangguan keamanan, gangguan cuaca atau ada pemain cedera dengan waktu tidak lebih dari 5 menit.
         Apabila lebih dari 5 menit pemain tidak dapat melanjutkan permainan maka penggantian pemain dapat dilakukan sepanjang belum diadakan penggantian sebelumnya.
16.2. Pemain yang cedera diizinkan 5 menit sebagai injury time out setelah 5 menit pemain tersebut tak dapat melanjutkan permainan, maka penggantian dapat dilakukan selama belum terjadi penggantian sebelumnya.
16.3. Selama penghentian semantara, semua pemain tidak diperbolehkan meninggalkan lapangan untuk menerima minuman/makanan atau bantuan lainnya.
16.4. Apabila suatu pertandingan terhalang karena keadaan luar biasa sehingga pertandingan tidak dapat diteruskan, maka pertandingan dapat ditunda sampai keadaan mengijinkan. Adapun kedudukan angka dalam penundaan lebih dari 2 jam, kembali kosong-kosong sedangkan set yang telah selesai tetap tidak berubah.
17. Decipline (Tata Tertib)
17.1. Setiap pemain harus mematuhi peraturan permainan.
17.2. Selama permainan berlangsung, hanya kapten regu yang diperbolehkan berhubungan dengan wasit, kecuali atas kehendak wasit.
18. Pinalty (hukuman)
Pemain yang melanggar peraturan di bawah ini akan mendapat hukuman pernyataan dari wasit apabila:
18.1. Causanable ………….
         Memperlihatkan sikap tidak sopan kepada: pemain lain atau penonton juga kepada wasit atas keputusan yang diambil.
18.2. Menampakkan sikap tidak bersahabat dan tidak sopan.
18.3. Menghubungi wasit yang bertugas secara kasar mengenai suatu keputusan yang diambil.
18.4. Meninggalkan lapangan permainan tanpa permisi kepada wasit yang memimpin pertandingan.
18.5. Memberikan bola kepada pihak lawan dengan menggunakan kaki atau melemparkannya dengan kasar.
18.6. Berlakukan tidak sopan selama permainan.
Catatan: Wasit menggunakan kartu sebagai berikut:
Kartu Kuning     :  Peringatan
Kartu Merah       :  Pengusiran
Kartu Merah akan diberikan apabila:
a.   Apabila pemain telah menerima Kartu Kuning pada pertandingan yang sama.
b.   Sikap kasar (tidak sopan) seperti: memukul, menendang, meludah, dll.
c.   Menggunakan kata-kata kotor atau caci maki.
Catatan :  Pemain yang mendapat kartu merah, harus segera keluar lapangan sebagai ganjaran indicipline, dan pemain tersebut tidak boleh bermain selama kejuaraan berlangsung.
18.7. Penggantian pemain diizinkan sesuai dengan peraturan butir (7.4).
18.8. Pemain yang telah dikenai kartu merah tidak diizinkan bermain pada permainan berikutnya sampai dikeluarkan keputusan lain Dewan hakim.

19. Kelakuan Buruk para Tim Official (Manager atau Pelatih)
Tindakan tata tertib juga diberikan kepada Tim Official karena:
a.   Melanggar tata tertib dan peraturan permainan.
b.   Mendukung pemainnya yang melanggar tata tertib dan peraturan permainan.
c.   Mengganggu jalannya permainan.
20. Umum
Wasit yang memimpin pertandingan bersama Official Referee akan menggunakan kebijaksanaannya untuk menyelesaikan masalah yang belum tercantum dalam peraturan ini.
Keputusan Official Referee adalah mutlak (tidak dapat diganggu gugat)

Syarat Mutlak yang Dimiliki oleh Wasit
Seorang wasit yang baik harus memenuhi syarat sbb:
20.1. Standar fisik dan kesegaran jasmani yang baik meliputi:
20.1.1. Mata (tidak berkacamata)
20.1.2. Pendengaran (tidak tuli)
20.2. Bermoral dan karakter yang baik
20.3. Menguasai peraturan permainan Sepaktakraw
20.4. Pemikiran yang profesional
20.5. Berdedikasi dan inisiatif
20.6. Percaya diri, daya fikir yang baik dan tepat dalam mengambil keputusan
20.7. Berjiwa kepemimpinan
20.8. Berkewajiban (comitment)

Good Moral Character meliputi:
20.8.1.1.    Referee’s Personality/berkepribadian sebagai wasit
20.8.1.2.    Sense of Responsibility/bertanggung jawab
20.8.1.3.    Referee’s Qualities/berkualitas
20.8.1.4.    Good Moral Character/berkepribadian baik
20.8.1.5.    Behavior & courteous
20.8.1.6.    Considerate & Sympathetic
20.8.1.7.    Good Leadership
20.8.1.8.    Perception & impression
20.8.1.9.    Sharp memory

Langkah-Langkah Wasit dalam Memimpin Pertandingan
Wasit melaksakan prosedur sebagai berikut:
1.   Memeriksa lapangan permainan, garis, tiang, net, bola, posisi kursi wasit dan letak kursi linesman menurut peraturan.
2.   Mengadakan briefing dengan para linesman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta bagaimana memberi isyarat: masuk atau keluar bila ditanya oleh wasit.
3.   Memastikan regu yang mana melakukan sepak mula atau pilih tempat dan pemanasan awal. (Regu yang melakukan sepak mula harus dicatat pada lembaran skor/score sheet).
4.   Memeriksa pakaian pemain, mereka tidak diperbolehkan memakai: gelang, cincin, jam dan gigi palsu. Hal tersebut dilarang demi keamanan.

5.   Memperkenalkan:
5.1.   Nama kejuaraan yang dipimpin.
5.2.   Kategori untuk: Putra/Putri
5.3.   Jenis pertandingan (Tim atau Regu atau Double Event)
5.4.   Peserta yang bertanding
5.5.   Wasit yang mengumumkan
5.6.   (Set I, Set II, dan Tie Break) sebut mulai dari kanan.




Sumber :

Soal PTS Online kelas 8 Mts Al-Masyhuriyah

Soal PTS Online kelas 8 Mts Al-Masyhuriyah Kerjakan soal dengan benar sehingga mampu meraih nilai terbaik Memuat…

Popular Posts