Sumpit, sangat lekat dengan kebudayaan Dayak. Jaman dahulu, sumpit
dipergunakan masyarakat suku Dayak untuk berburu dan berperang. Pria
dewasa suku Dayak jaman dulu, harus bisa menyumpit dengan tepat.
Kepiawaian tersebut dijadikan penanda, seorang pria telat melewati fase
remaja.
Perlombaan sumpit, yang digelar pada Pekan Gawai Dayak
20-26 Mei 2012, menjadi ajang melestarikan sumpit kepada generasi muda
Dayak. Jaman dan teknologi dikhawatirkan dapat menggerus sumpit dari
peradaban. Leo Dedy Andjioe, adalah inisiator yang membentuk organisasi Persatuan Olahraga Sumpit. Pria yang juga dosen di bidang mesin ini, bahkan telah membawa sumpit ke kancah internasional. Dia mengatakan, jaman dulu masyarakat Dayak Taman, yang mendiami tujuh kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu, terkenal piawai menggunakan sumpit.
Sumpitan adalah senjata yang pembuatannya merupakan keterampilan warisan turun temurun dari Tuhan YME, hal ini sebab dimana berdasarkan kepercayaan suku Taman yang penganut paham Polygenesis, bahwa pada saat manusia pertama diciptakan oleh Dewa Pencipta (Sampulo) ke dunia yaitu Bai’ Kunyanyi dan Piang Tina’, mereka diajarkan cara untuk hidup di dunia dengan baik yakni maniang Buat bagi wanita dan maniang Alat bagi pria, dan salah satu Alat yang diajarkan pembuatannya adalah sumpitan.
Di Singkawang, Dedy menyatakan tidak ada tempat latihan khusus, hanya sebuah lorong yang memisahkan rumahnya dengan rumah lain menjadi tempat latihan. Beda dengan di Malaysia, sumpit menjadi olahraga elit. “Ada lapangan khusus. Orang-orang kaya di sana berkumpul dan menyumpit bersama di lapangan tersebut setiap akhir pekan,” katanya.
Dedy kerap disapa, Pak Pit kependekan dari bapak sumpit. Dedy juga merupakan atlet sumpit andalan Kalbar. Prestasinya antara lain; juara I perseorangan putra pada Kejuaraan Daerah (Kejurda) Sumpit se-Kalimantan Barat 2008. Selain itu, dia meraih juara II beregu putra pada pesta olahraga persahabatan se-Kalimantan (Sukan Borneo) II di Serawak, Malaysia, pada 2007.
Sumpit sendiri, terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah batang sumpitan. Batang sumpitan terbuat dari kayu berbentuk bulatan panjang dengan lubang di dalamnya dengan diameter kayu sekitar 3-3,5 cm serta diameter lubang 1-1,2 cm. Untuk sumpit, kayu yang digunakan dari jenis terpilih seperti kayu Bunyau, Penyau’, Kebaca dan Tapang. Ukuran batang sumpitan bisanya disesuaikan dengan si empunya sumpitan itu sendiri yakni sepanjang satu depa sekitar 1,5-2 meter.
Bagian lainnya adalah, Mata Tombak (bu’bulis) yang terbuat dari besi baja, panjangnya 20-30 cm. Sedangkan bagian berikutnya adalah Besi untuk pengintai sasaran (tajuk pitaa). Tajuk pita terbuat dari besi dan diikatkan pada sisi berlawanan dengan mata tombak dan pada ujungnya menyembul sejajar dengan batang sumpit. Fungsinya sebagai patokan titik fokus sasaran yang akan dituju.
Dalam menyumpit, Dedy mengatakan, harus mempunyai teknik. Cara seseorang memegang sumpit sebelum menyumpit, dapat diketahui orang tersebut atlet atau bukan. Teknik baru yang ditemukan Dedy adalah mengulum laras. Baru dikembangkan empat tahun belakangan ini. Perkembangan sumpit sebagai olahraga cukup menjanjikan. Tahun ini, Kalbar menjadi tuan rumah kejuaran sumpit internasional.
9 comments:
ada turnamennya :D
iya ada. sudah di ertandingkan di stadion madya sempaja bang..
Mantap nih, ternyata udah ada turnamennya jg (y) lestarikan budaya indonesia
sumpit juga bisa utk makan mie lho hehehe, mantab gan lestarikan budaya Indonesia
Olah raga ekstrem nih. Cukup beresiko juga. Nice info gan
iya gan hehee.. makan pake sumpit emang bisa gan, tapi ini sumpit alat berburu gan
iya gan ekstreme sekali gan. heheee
terima kasih sudah mampir gan
Woahh.. Sangat bermanfaat ini.. Thanks ya udah ngeupload nih artikel.. Nice Info ^-^
ok gan... thanks sudah mampir gan
Post a Comment