PENDEKATAN CBSA
DALAM PEMBELAJARAN
5.1. KONSEP CBSA
DALAM PEMBELAJARAN
Cara
belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaruan pendidikan dan
pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya konsep ini
telah lama dikembangkan, hanya perwujudannya yang masih baru dalam sistem
pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada baiknya guru-guru
mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu menerapkan secara efektif.
5.1.1. Pengertian Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA)
CBSA
adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti
dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat
pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada
kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam
CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti:
mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah,
memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan sebagainya- Keaktifan itu da
yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung.
Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa
dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan akomodasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka
membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan serta
internalisasi nilat-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni, 1980, h. 2).
Sejak
dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan ditanah air, konsep
CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh. Pendekatan CBSA dinilai
sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara
fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperole hasil belajar yang
bempa perpaduan antara matra kognitif, afekisi. dan psikomotorik, (A. Yasin,
1984,h.24).
Dalam
kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses yakni keaktifan
fisik, mental, intelektual dan emosional dan komponen produk, yakni hasil
belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
Secara lebili rinci komponen produk tersebut mencakup berbagai kemampuan:
menamati, menginterprestasikan, meramalkan. mengkaji, menggeneralisasikan,
menemukan, mendiskusikan, dan mengkomonikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek
kemampun tersebut dikembangkan secara terpadu melalui sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan
CBSA.
5.1.2 Rasional
CBSA dalam pembelajaran
Penerapan
dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan
sekaligus sebaga. keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem
Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada
gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif.
Siswa
peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek
pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang
sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki
keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan
berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandan: sebagai
yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui
proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalm suasana
kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan
perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan
proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan
guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA
dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa
melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan
pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar
di sesuaikan dengan minat dim pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh
pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil belajar berintemalisasi
dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif seperti
emosi, perasaan, intelektual, pengindran, fisik dan sebagainya.
CBSA
dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya
secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan.
Keaktifan guru dilakukan pada tahap-tahap kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pellilaian dan tindak lanjut pembelajaran.Peranan guru bukan sebagai orang yang
menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu
dan pelayanan bagi siswanya. Siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan
fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beherapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru, ialah:
1)
menyiapkan lembaran kerja
2)
Menyusun tugas bersama siswa;
3)
Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan;
4)
Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila
siswa mendapat kesulitan;
5)
Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan;
6)
Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;
7)
Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa
yang lambat;
8)
Menyalurkan bakat dan minat siswa;
9)
Mengamati setiap aktivitas siswa.
Kegiatan-kegiatan
tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak
diartikan guru menjadi fasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap
mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai
guru inquiry, dan fasilitator.
5.1.3 Kadar Cara
Belajar Siswa Aktif
Kadar
MA ditandai oleh semakin banyaknya dan bervariasinya keaktifan dan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya
keaktifan dan keterlibatan siswa, maka semakin tinggi pula kadar ke-CBSA-annya.
Sebaliknya, semakin sedikit keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar, maka berarti semakin rendah kadar CBSA tersebut.
Kadar
CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai
berilmu :
1)
Pada tingkat masukan, ditandai oleh:
a.
Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi
yang telah dimiliki sebagai baban masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
b.
Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan
belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa mupun bagi guru.
c.
Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan
menyediakan sumber bahan pembelajaran.
d.
Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media
pembelajaran yang akan digunakan sebagai alat bantu belajar.
e.
Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi
serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
2)
Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:
a.
Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental,
emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar.
b.
Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami,
menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang
mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi.
c.
Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan
suasana belajar yang serasi, selaras dan seimbang dalam proses belajar dan
pembelajaran.
d.
Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan
lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu
mengorganisasikan lingkungan belajar itu, baik secara individual maupun secara
kelompok.
e.
Keterlibatan siswa dalam meneari imformasi dari
berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat guna bagi mereka sesuai dengan
rencana kegiatan belajar yang telah mereka rumuskan sendiri.
f.
Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa,
memberikan jawaban atas penanyaan guru, mengajukan penanyaan/ masalah dam
berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari rekannya, dan memecahkan
masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar mengajar tersebut.
3)
Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
a.
Ketertibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai
teman sekelas.
b.
Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas
menjawab tes dan mengisi instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
c.
Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis
maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar.
d.
Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja
sebagal hasil belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dapat ditentukan derajat kadar CBSA dalam suatu proses
belajar mengajar, dan bila mungkin di klasifikasikan menjadi: kadar tinggi,
kadar sedang, dan kadar rendah. Kendatipun tampak, bahwa keaktifan guru sangat
menonjol, namun tidak berarti keaktifan guru di abaikan. Tanpa upaya dan
pengaruh serta arahan guru sebagai fasilitator dan pengorganisasian belajar,
maka kadar CBSA yang diinginkan tak mungkin tercapai. Guru tetap
bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang mampu mengundang /
menantang siswa untuk belajar.
5.1.4
Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA
Pembelajaran
berdasarkan CBSA menuntut kondisi-kondisi tertentu untuk menjamin kadar CBSA
yang tinggi guna mencapai tujuan pembelajaran atau hasil belajar siswa pada
tingkat optimal. Penyelenggaraan pembelajaran CBSA tersebut ditandai oleh
indikator-indikator sebagai berikut:
1)
Derajat partisipasi dan responsif siswa yang tinggi.
Para siswa berperan serta secara aktif dan bersikap responsif dalam proses
pembelajaran. Siswa tidak tinggal diam hanya menunggu stimuli yang disampaikan
oleh guru, melainkan berperan aktif menentukan stimuli misalnya merumuskan
suatu masalah dan mencari jawahan serdiri (responsif) atas masalah tersebut.
Pada waktu guru menyajikan suatu topik, siswa aktif-responsif mempertanyakan
materi yang terkandung didalamnya. Kedua contoh tersebut sebagai landa, bahwa
siswa berperan serta dalam proses pembelajaran.
2)
Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembuatan tugas.
Pada dasarnya sejak disusunnya perencanaan tugas-tugas, para siswa telah dapat
diaktifkan peran sertanya. Siswa dapat mengajukan usul dan minat tugas yang
diinginkannya dengan asumsi bahwa tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya.
Pada waktu pembuatan tugas, siswa melaksanakan kegiatan kelompok atau dengan
belajar mandiri. Pada waktu penilaian tugas (hasil pekerjaannya), siswa
hendaknya aktif menilai tugas-tugas temannya dan hasil kerjanya sendiri dalam
bentuk menilai dirinya sendiri (self evaluation). Hal ini menunjukan,
bahwa tersedia berbagai kemungkinan dimana siswa dapat berperan aktif dalam
pelaksarman tugas-tugas yang dikondisikan dalam pembelajaran.
3)
Peningkatan kadar CBSA dalam proses pembelajaran juga
ditentukan oleh faktor guru. Guru hendaknya menyadari tujuan-tujuan belajar
yang ingin dicapai, baik dalam arti efek instruksional maupun efek pengiring,
dan dalam pada itu memiliki wawasan dan penguasaan yang memadai tentang
bermacam-macam stategi belajar mengajar yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
belajar. Sudah barang tentu penguasaan teknik yang mantap juga merupakan
persyaratan sebelum seorang guru bisa secara Kreatif merancang dan
menginformasikan program belajar mengajar (T.R aka Joni, 1985, h. 18),
4)
Pendekatan CBSA pada dasarnya dapat diterapkan sentua
strategi dan metode mengajar, walaupun kadaannya berbeda- beda. Penggunaan
metode mengajar, secara berpariasi dapat memberikan peluang penerapan CBSA
dengan kadar yang tinggi. Namun demikian, pemilihan metode tersebut tetap harus
ditandasi oleh tujuan yang hendak dicapai, bahan pelajaran yang hendak
dipelajari, kondisi subjek belajar itu sendiri (motivasi, pengalaman awal,
kondisi kesehatan, keadaan mental, dan lain-lain), serta penguasaan guru
terhadap metode tersebut. Dengan demikian, keaktivan siswa belajar tetap
terarah, terbimbing, dan diharapkan mencapai hasil secara optimal.
5)
Penyediaan media dan peralatan serta berbagai
fasilitas belajar tetap diperlukan, agar tercipta lingkungan belajar yang
menantang dan merangsang serta meningkatkan kegiatan belajar siswa. Pengetahuan
dan keterampilan dalam bidang kemediaan dan teknologi hardware sangat
diisyaratkan. Media dan alat merupakan alat bantu bagi siswa kendatipun mereka
diminta untuk memilih dan menggunakannya
sendiri sesuai dengan aktivitas belajarnya.
6)
Keaktifan belajar berdasarkan CBSA tidak jarang
menimbulkan kesulitan balajar pada siswa, misalnya teknik-teknik belajar,
memilih bahan, menilai hasil kegiatan, tim masalah-masalah lain. Itu sebabnya,
bimbingan dan pembelajaran remedial pada waktu tertentu diperlukan untuk
membantu siswa bersangkutan, sehingga kecepatan belajar dan penyelesaian
tugas-tugas tetap terus berlangsung menyertai rekan-rekannya yang tidak
mendapat kesulitan.
7)
Kondisi lingkungan kelas/sekolah turut berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan CBSA. Pengaturan, dan pembinaan
lingkungan ini perlu mendapat dari pihak guru melalui kerja sama dengan
guru-guru lainnya serta para siswa sendiri. Termasuk dalam lingkungan kelas
juga suasana. disiplin kelas yang baik.
0 comments:
Post a Comment