Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi
dari istilah Inggris Problem Based
Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal
sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab
ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto,
2010:91).
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya
diri. Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi
untuk situasi itu.
2.
Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Sebagai contoh, masalah populasi yang dimunculkan dalam
pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan
mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan
pemerintahan.
3.
Penyelidikan autentik.
Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa
informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
4.
Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan prodik tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5.
Kolaborasi.
Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang
untuk berbagi inquiri dan dialog untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah.
2.
Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3.
Menjadi pembelajar yang mandiri.
Menurut Tan (dalam
Rusman, 2011:229) Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PMB kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
b. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1.
Realistik dengan kehidupan siswa;
2.
Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
3.
Memupuk sifat inquiry siswa;
4.
Retensi konsep jadi
kuat;
5.
Memupuk kemampuan Problem Solving.
Kekurangan:
1.
Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
2.
Sulitnya mencari problem yang relevan;
3.
Sering terjadi miss-konsepsi;
4.
Konsumsi waktu, dimana model ini
memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.
Dari uraian tentang kelebihan dan kekurangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
melalui pendekatan PBM merupakan suatu
rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan siswa
untuk menjadi seorang individu yang mandiri
dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita
untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya: guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah: guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
0 comments:
Post a Comment