1.4. Pengertian
Belajar Menurut Psikologi Humanistik
Pada
akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang
terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini,
misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler.
Gerakan ini erkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik,
eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk
memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam
dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 sampai 1970-an dan
mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang
terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini (John Jarolimak
ek, Cliffor D Foste, 1976, halaman 330)
Perhatian
psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik
aliran humanistik penyusunan dan penyajian materi pelajaran barus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama
para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
(Hamachek, 1977, p. 148).
Psikologi
humanistik berkeyakinan bahwa anak termasuk makhluk yang unik, beragam, berbeda
antara satu dengan yang lain. Keberagaman yang ada pada diri anak, hendaknya
dikukuhkan. Dengan demikian, seorang pendidik atau guru bukanlah bertugas untuk
membentuk anak menjadi manusia sesuai yang ia kehendaki, melainkan memantapkan
visi yang telah ada pada anak itu sendiril untuk itu, seorang pendidik pertama
kali membantu anak untuk memahami diri mereka sendiri, dan tidak memaksakan
pemahamannya sendiri mengenai diri siswa.
Keberagaman
anak tidak saja dari segi lahir, melainkan yang terutama adalah dari segi
batinnya. Oleh karena itu, jika ingin memahami anak, tidak dapat dengan
menggunakan perspektif orang yang memahami, melainkan dengan menggunakan
perspektif orang yang dipahami.
Behaviorisme
Versus Humanistik
Dalam
menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistik
mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom
of determination issue. Para behaviorest memandang orang sebagai makhluk
reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau
dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanistik
mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.
Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh
lingkungannya.
Sebagaimana
disebtakan diatas, bahwa pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa
dari pandangan psikologi behavioristik. Eka dalam pandangan psikologi
behavioristik, belajar merupakan kontrol instrumental yang dilakukan oleh
lingkungan, maka dalam pandangan psikologi humanistik justru sebaliknya.
Belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada
individu.
Tokoh-Tokoh
Humanistik
Ada
beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti: Combs, Maslov,
dan Rogers
1)
Combs :
Combs
dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah
perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang
itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Combs dan
kawankawan selanjutnya mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak
lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya
tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti,
bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain,
mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistik
melihat adanya dua bagian pada leaming, yaitu:
1.
Pemerolehan informasi baru,
2.
Personalisasi informasi, ini pada individu.
Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa
mau belajar apabila subject matter-nya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada subject matter itu, dengan kata
lain di individulah yang memberikan arti tadi kepada subject matter itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana caranya membawa si siswa untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari subject matter itu, bagaimana siswa itu menghubungkan
subject matter itu dengan kehidupannya (Principles of Instruction Design oleh
Robert M. Gayne & Leshe J. Briggs, halaman 212).
Combs
memberikan lukisan persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhya pada individu dan makin dekat peristiwa-peristiwa itu dari persepsi
diri makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2)
Maslov
Teori
didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
(1)
Suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)
Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu,
(maslov, 1968)
Pada
diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk
maju ke arah keutuhan, keunikan diri, menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendifi (self).
Maslov
membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di tasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia
menurut Maslov ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
3)
Carl Rogers
Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl
Rogers, seorang ahli psikoterapi. la mempunyai pandangan bahwa siswa yang
belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Tidak itu
saja, siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil
keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia
ambil atau pilih.
Dalam belajar demikian, anak tidak dketak menjadi oran
lain melainkan dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri. la tidak
direkayasa agar terikat kepada orang lain, bergantung kepada pihak lain dan
memenuhi harapan orang lain. la dibiarkan agar tetap bisa menjadi arsitek buat
dirinya sendiri.
Rogers
mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanistik sebagai berikut :
a.
Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal
yang bersifat alamiah bagi manusia. Ini disebabkan adanya hasrat ingin tahu
manusia yang terus menerus terhadap dunia dengan segala isinya. Hasrat ingin
tahu yang demikian terhadap dunia sekelilingnya, menjadikan penyebab seseorang
senantiasa berusaha mencari jawabannya. Dalam proses mencari jawaban inilah,
seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
b.
Belajar bermakna.
Dalam pandangan psikologi humanistik makna sangat
penting dalam belajar. Seorang beraktivitas atau tidak senantiasa akan
menimbang-nimbang apakah aktivitas tersebut menipunyai makna buat dirinya.
Sebab, sesuatu yang tak bermakna bagi dirinya, tentu tidak akan ia lakukan.
c.
Belajar tanpa hukuman.
Hukuman memang dapat saja membuat seseorang untuk
belajar. Tetapi, hasil belajar demikian tidak akan bertahan lama. la melakukan
aktivitas sekedar menghindari ancaman hukuman. Pada hal, manakala hukuman tak
ada, aktivitaspun tidak akan dilakukan. Oleh karena itu, agar anak belajar
justru harus dibebaskan dari ancaman hukuman.
Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman demikian im
menjadikan penyebab anak bebas melakukan apa saja, mencoba-coba sesuatu yang
bermanfaat buat dirinya. mengadakan eksperimentasi-eksperimentasi hingga anak
dapat menemukan sendiri mengenai sesuatu yang baru. Kreativitas anak dalam
belajar yang bebas dari ancaman hukuman dengan sendirinya juga akan meningkat.
d.
Belajar dengan inisiatif sendiri.
Belajar
dengan inisiatif sendiri pada diri pembelajar sebenamya menyiratkan betapa
tingginya motivasi internal yang dipunyai. Pembelajar yang banyak berinisiatif
tatkala belajar, senantiasa mencari cara-cara hingga dia berhasil dalam
belajarnya. Inisialif yang lahir dari diri sendiri im juga menunjukkan
rendalmya dependensi pembelajar terhadap orang lain. la akan bebas melakukan
apa saja dalam belajarnya. dan tidak terikat oleh rekayasa-rekayasa yang
berasal dari lingkungannya. Pada diri pembelajar yang kaya inisiatif, terdapat
kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri
serta berusaha menimbang-nimbang sendiri mana hal yang baik bagi dirinya. la
akan berusaha dengan totalitas pribadinya untuk mencapai sesuatu yang ia
cita-citakan.
e.
Belajar dan perubahan.
Dunia terus berubah, dan siapapun di dunia ini tak ada
yang dapat menangkal perobahan. Oleh karena itu, pembelajar haruslah dapat
belajar dalam segala kondisi dan situasi yang serba berubah. Kalau tidak, ia
akan terlindas oleh perubahan.
Dengan demikian, belajar yang sekedar mengingat fakta,
menghafal sesuatu, dipandang tidak cukup. Orang harus dapat menyesuaikan dalam
sebuah dunia yang senantiasa berubah.
Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, di antaranya adalah :
(1)
Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara
alami.
(2)
Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter
di rasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
(3)
Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
(4)
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebilh
mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu
semakin kecil
(5)
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman
dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar
(6)
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
(7)
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggung-jawab terhadap proses belajar itu.
(8)
Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi
siswa
seutuhnya baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
basil yang mendalam dan lestari.
(9)
Kepercayaan tehadap diri sendiri, kemerdekaan.
kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua
yang penting.
(10)
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam
dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar. suatu keterbukaan yang
terus-menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri
mengenai proses perubahan itu.
0 comments:
Post a Comment