Pengertian Kurikulum
(Oleh Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya Dasar-Dasar Pengembangan Karikalum Sekolah)
Istilah
kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia taktik
curere yang berarti "berlari' . Istilah tersebut erat hubungannya dengan
kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas
menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seseorang kurir harus
menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum
kemudian diartikan sebagai orang sebagai suatu jarak yang harus ditempuh (S.
Nasution, 1980 : 5).
Dari
istilah atletik kurikulum mengalami perpindahan arti kedunia pendidikan.
Sebagai misal pengertian kurikulum seperti yang tercantum dalam Webster's
Intemational Dktionary " .
Currculum
; Course ; a specified fixed course of study, is in a school or collage. as one
leading to degree.
Kurikulum
kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetalman yang
ditempult atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah.
Disamping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang disengaja
dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya orang pada
waktu lalu juga menyebut kurikulum dengan istilah “Rencana Pelajaran" yang
merupakan terjemahan istilah Leerplan. Rencana pelajaran merupakan salah
satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai (atau paling tidak
diketahui) oleh seorang guru atau calon guru.
Pengertian
kurikulum sebagai yang tercantum dalam kamus Webster yang dikutip diatas,
kiranya ada kesesuaiannya dengan perumusan yang dikemukakan oleh Stenhouse
berikut : Currkulum is the planned conipesite effort of any school to guide
pupil leaming to ward prederennined learning outcome (Larence Stenhouse,
1976 : 4).
Defenisi-defenisi
kurikulum yang bersifat tradisional biasanya masih menampakkan adanya
kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk menyampaikan mata-mata
peiajaran (subject matter) kepada anak didik yang biasanya berisi kebudayaan.
(hasil budidaya) masa lampau atau sejumlah ilmu pengetahuan. Anak yang berhasil
melewati tahap ini akan atau herhak memperoleh ijazah. Kabudayaan atau sejumlah
ilmu pengetahuan yang akan disampaikan tersebut bersumber pada buku-buku yang
baik atau dianggap bermutu, sehingga kurikulum terutama dalam hal tujuan
instruksional dan pemilihan bahan pengajaran lebih banyak ditentukan atau
dipengaruhi oleh buku- buku tersebut.
Dihubungkan
dengan kebutuhan pengalaman anak yang diharapkan terpenuhi melalui kegiatan
belajar-mengajar sekolah, ternyata hal tersebut kurang menguntungkan karena ia
membatasi pengalaman anak dalam proses belajar-mengajar kelas saja dan kurang
inemperhatikan pengalaman-pengalaman lain yang diperoleh di luar kelas.
Kurikulum yang bersi demikian. hanya menekankan aspek intelektual saja yang
harus dikuasai siswa dan mengabaikan aspek-aspek yang lain yang juga sangat
berpengaruh dalam perkembangan kejiwaan siswa. Kurikulum macam ini biasanya
disebut Subject Centere Curiculum, yaitu kurikulum yang berpusat pada
materi pelajaran Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat,
pendirian tradisional mengenai kurikulum tersebut ditinggalkan orang karena
dianggap terlalu sempit dan atau paling tidak orang berusaha mencari
kemungkinan-kemungkinan baru, sebab pada kenyataanya pula seperti halnya dengan
masalah-masalah lain, belum dapat meninggalkan (atau mungkin meninggalkan) sama
sekali pendirian tradisonal. dasarkan pendirian diatas, yakni pendirian
tradisional, kurikulum dijalankan (mau tak mau) berpusat pada guru atau but
Teacher Centered Curiculum. Pandangan yang lebih kemudian ingin mengubah
pandangan tersebut dengan memperhatikan minat dan kebutuhan anak, karena
anaklah sebenamya yang menjadi subjek didik. Anak tak boleh hanya dipeerlakukan
sebagai objek yang statis, melainkan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai
dengan perkembangan jiwanya karena itu, terjadilah pergeseran dalam dunia
pendidikan dari suject atau teacher centered ke student
centered. Kurikulum yang sesuai dengan pandangan terakhir itu disebut Child
Centered curiculum. Hal itu terutama disebabkan oleh pengaruh
penemuan-penemuan dibidang psikologi. khususnya psikologi kembangan.
Adanya
pergeseran tentang kurikulum tersebut juga terlibat pada defenisi-defenisi
kurikulum yang dikemukakan orang. misalnya menurut George A. Beauchamp (1964 :
4) kurikulum adalahah "It as all activities of children under the
jurisdktion of the school”Dalam pengertian ini kurikulum mencakup segala
kegiatan, yang disediakan dan direncanakan sekolah. Konsep lain misalnya
mengatakan bahwa kurikulum tidak terbatas pada kegiatan saja, melainkan
meneakup seluruh pengalaman yang diperoleh siswa, baik intelektual, emosional,
sosial maupun pengalaman galaman yang lain.
Sebagai
bahan perbandingan mengenai pengertian kriikulum menurut konsep batu, barikut
dikemukakan lagi denisi-defenisi yang lain.
A
sequence of potensial experiences it set up in the school for the purpose of
disciplining children and yuouth in group ways of thingking and acting (Smith
dalam Beauchamp : 5).
atau
Curriculum
is all of the planned experiences providedby the school to assist the pupils in
attaining children the designated learning outcomes to the best their abilitie
(Neagly dalam Lawrence : 4).
David
Pratt dalam Curriculum Design and Development (1980 : 4)
mendefenisikan kurikulum secara sederhana, yaitu sebagai seperangkat organisasi
pendidikan formal atau pusat-pusal latihan. Selanjumya ia membuat implikasi
secara lebih ekplisit tentang defenisi yang dikemukakannya tersebut menjadi
enam hal. yaitu :
1.
Kurikulum adalah suatu rencana atau intentions, ia
mungkin hanya berupa perencanaan (mental) saja. tapi pada umumnya diwujudkan
dalam bentuk tulisan.
2.
Kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan
atau rancangan kegiatan;
3.
Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah
apa yang harus dikembangkan pada diri siswa, evaluasi untuk menafsirkan hasil
belajar, bahan dan peralatan yang dipergunakan, kualitas guru yang dituntut dan
sebagainya.
4.
Kurikulum melibatkan maksud atau pendidikan formal,
maka ia sengaja mempromosikan belajar dan menolak sifat rambang tanpa rencana,
atau kegiatan tanpa belajar.
5.
Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum
menyatukan berbagai komponen seperti tujuan, isi. sistem penilaian dalam satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Atau dengan kata lain, kurikulum adalah sebuah
sistem
6.
Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman yang terjadi jika suatu hal dilalaikan.
Defenisi
diatas yang kemudian disertai dengan berbagai implikasinya, dapat memberikan
gambaran yang lebih nyata tentang kurikulum, walau mungkin tidak sepenuhnya
kita terima atau pahami. Misalnya saja dikatakan bahwa kurikulum mungkin hanya
berupa perencanaan secara mental, dalam arti tidak diwujudkan dalam bentuk
tertulis. Bagaimana jadinya jika ada (mungkin hanya sebagian) kurikulum yang
tidak ditutis, tentunya akan mengundang berbagai permasalahan.
Kurikulum
merupakan suatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang
dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini kita
dapat memandang bahwa kurikulum merupakan suatu program yang didesain,
direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar
yang sengaja diciptakan di sekolah. Atas dasar hal tersebut, kurikulum kemudian
dapat didefenisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu (Winamo
Surahmad, 1977 : 5).
Kiranya
defenisi tersebut lebih sederhana dan jelas rumusannya. Pendidikan merupakan
suatu pendidikan yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu, merupakan program yang
direncanakan, disusun dan diatur untuk kemudian dilaksanakan di sekolah melalui
cara-cara yang telah ditentukan pula. Jika defenisi diatas diperbandingkan
dengan defenisi-defenisi yang dikemukakan lebih dahulu, sebenamya tidak ada
perbedaan yang prinsipil. Sentua defenisi yang ditunjuk sama-sama menyebut
kurikulum sebagai rencana-rencana kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
belajar yang dilakukan siswa yang tentunya dimaksudkan untuk memperoleh
sejumlah pengalaman (baca tujuan) tertentu.
Dalam
pembkaraan selanjurnya, jika disebut-sebut kurikulum pengertiannya menunjuk
pada defenisi yang terakhir diatas.
3.1.2 Kurikulum
Sebagai Materi Pelajaran
Kurikulum
ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa unluk
mempoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai pengalaman orang
tua atau pengalaman orang-orang pandai masa yang telah disusun secara
sistematis dan logis. Misalinya, pengalaman dan penemuan-penemuan masa lampau,
maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis, artinya
menurut urutan tertentu, dan logis, artinya dapat diterima dan pikiran. Mata ajaran tersebut mengisi
materi pelajaran yang disampaikan pada siswa sehingga memperoleh sejumiah
pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak pengalaman dan
penemuan-penemuan maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus disusun dalam
kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa disekolah.
3.1.3 Kurikulum
Sebagai Rencana Kegiatan Pembelajaran
Kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa.
Dengan program ini siswa inelakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga menjadi
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan yang
memberikan kesempatan belajar bagi siswa. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada mata ajaran saja, melainkan melipiuti segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan, perpustakaan, gambar-gambar,
halaman, perlengkapan dll. Hal ini berarti semua hal dan semua orang yang
terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa termasuk ke dalam kurikulum.
3.1.4 Kurikulum
Sebagai Pengalaman Pelajar
Perumusan
atau pengertian kurikulum lainnya agar berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya yang lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan
kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas dntara ekstra dan
intra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa
pada hakekatnya adalah kurikulum.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan
susunan dan bahan kajian dan untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam
rangka upaya pencapai tujuan pendidikan nasional.
0 comments:
Post a Comment