1.
PENGERTIAN BELAJAR
Pengertian belajar yang
dipergunakan sehari – hari
Dalam
pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengurupulkan sejumlah
pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau
yang sekarang ini dikenal dengan guru. Dalam belajar, pengetahuan tersebut
dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang
banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,
sementara orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang
sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang
yang tidak belajar.
Belajar
dalam pengertian mengurupulkan sejumlah pengetahuan demikian, tampaknya masih
diikuti juga sampai sekarang. Orang baru dikatakan belajar manakala sedang
membaca bacaan, membaca sejumlah tugas mata kuliah atau mata pelajaran, membaca
buku pelajaran. Seorang murid yang sedang mengerjakan tugas-tugas matematika
biasa disebut sedang belajar. Orang yang sedang menimba pengetahuan pada bangku
sekolah lazim juga dikenal sebagai pelajar. Bahkan orang yang banyak menguasai
ilmu pengetahuan lazim dikenal dengan kaum terpelajar. Singkat perkataan, belajar
dalam pengertian umum atua populer adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk
menguasai sejumlah pengetahuan.
Pengetahuan
belajar demikian, secara konseptual tampakanya sudah mulai ditinggalkan orang,
meskipun secara praktikal masih banyak yang menganut. Ini karena berkembang
pesatnya teknologi informasi seperti sekarang ini. Guru tidak lagi dipandang
sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja
kepada para pembelajar.
Hampir
semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang “belajar”.
Sering kai pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian
ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dna
memperluas pandangan kita tentang mengajar.
Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman. (leaming is
defined as the modifkation or strengthening of behavior through experincing).
Menurut
pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Pengertian
ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang mengatakan
bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.
Sejalan
dengan perumusan diatas, ada pula tafsisan lain tentang belajar, yang
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan.
Dibandingkan
dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu prinsipnya sama,
yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.
Pengeritan ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan
lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.
William Burton mengemukakan bahwa : A good leaming situation consist of a rkh
and baried series of leaming experiences unified around a vigorous purpose, and
carried on in interaction with a rkh, varried and provocative environment.
Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.
Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu
diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari belajar.
b.
Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak
sendiri.
c.
Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan
menemui kesulitan, rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak
menyenangkan.
d.
Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang
bulat.
e.
Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang
sebenamya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
f.
Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belar dipersatukan
dan dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
g.
Siswa memberikan reaksi secara keseluruhan.
h.
Siswa mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang
bermakna baginya.
i.
Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang
berada dalam lingkungan itu.
j.
Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan
maupun yang tidak berkaitan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.
Teori belajar selalu bertolak dari sudut
pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam
pendidikan, maka berbarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang
belajar. Justru dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang
belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Di
dalam masa perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakhir ini muncullah
secara beruntun aliran psikologi pendidikan masing-masing yaitu :
-
Psikologi behavioristik
-
Psikologi kognitif
-
Psikologi humanistik
Ketiga aliran
psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari
periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran
psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar. Bertolak dari
kenyataan itu, maka berbagai teori belajar yang ada dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok teori belajar, masing-masing yaitu :
-
Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik.
-
Teori-teori belajar dari psikologi kognitif
-
Teori-teori belajar dari psikologi humanistik.
Para penulis
buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sbagai suatu perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari
sebuah pengalaman. Selain itu, ahli-ahli psikologi mempunyai pandangan yang
berada mengenai apa belajar itu.
Dalam
pandangan psikologis, setidak-tidaknya ada empat pandangan mengenai belajar.
Pertama, pandangan yang
berasal dari aliran psikologi behavioristik. Menurut pandangan ini, belajar
dilaksanakan dengan kontrol instrumental dari lingkungan. Guru mengkondisikan
sedemikian sehingga pembelajar atau siswa mau belajar. Mengajar dengan demikian
dilaksanakan dengan kondisioning, pembiasaan, peniruan. Hadian dan hukuman
sering ditawarkan dalam mengajar dan belajar demikian. Kedaulatan guru dalam
belajar demikian relatif tinggi, sementara kedaulatan siswa sebalikya, relatif
rendah.
Kedua, pandangan yang
berasal dari psikologi humanistik. Pandangan humanistik ini merupakan anti tesa
pandangan behavioristik. Dalam pandangan demikian, belajar dapat dilakukan
sendiri oleh siswa. Dalam belajar demikian siswa senantiasa menemukan sendiri
mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari guru. Peranan guru dalam
mengajar dan belajar demikian relatif rendah, sementara kedaulatan guru relatif
rendah.
Ketiga,
pandangan
yang berasal dari psikologi kognitif. Pandangan ini merupakan konvergensi dari
pandangan behavioristik dan humanistik. Menurut pandangan demikian belajar
merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan kontrol instrumental yang berasal
dari lingkungan. Oleh karena itu, metode belajar yang cocok dalam pandangan ini
adalah eksperimentasi.
Berdasarkan
diagram sebagaimana pada diagram 1.1. diketahui, bahwa dalam pandangan
psikologi behavioristik, tanggung jawab siswa dalam belajar rendah, sedangkan
tanggung jawab guru dalam mengajar tinggi. Sebaliknya, dalam pandangan
psikologi humanisti, tanggung jawab guru rendah sedangkan tanggung jawab siswa
tinggi. Sementara itu, dalam pandangan psikologi kognitif, tanggung jawab guru
dan siswa sama-sama sedang.
Selain
ketiga pandangan tersebut, ada pandangan keempat dari psikologi gestalt.
Menurut pandangan psikologi gestalt, belajar adalah usaha yang bersifat
totalitas dari individu, oleh karena totalitas lebih bermakna dibandingkan
dengan sebagian-sebagian.
0 comments:
Post a Comment