a.
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa
asing adalah cooperative learning.
Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49) Pada hakekatnya, metode pembelajaran
kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong-royong yang
konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif
proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa
dapat saling membelajarkan sesama
siswa lainnya. Metode pembelajaran kelompok adalah metode pembelajaran yang
menitik beratkan pada kerjasama diantara siswa dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan tetapi tanpa sepenuhnya mendapatkan bimbingan dari gurunya. Artinya,
siswa diperintahkan untuk bekerja dengan beberapa siswa lainnyadengan petunjuk
dan bimbingan yang tidak begitu maksimal dari gurunya.
Menurut Sholihatin dan Raharjo (2007: 4) Pada dasarnya cooperative learning mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri
dari dua orang atau lebih di mana
keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative
learning juga dapat diartikan
sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama
anggota kelompok.
Cooperative
learning merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, pada saat guru mendorong para siswa untuk melakukan
kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh
teman sebaya (peer teaching). Dalam
melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, siswa dituntut
untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar- mengajar
sesama mereka (Isjoni, 2010: 17).
Menurut Isjoni (2009: 5) Pada model cooperative learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa.
Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. cooperative learning merupakan strategi
belajar. Dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknnya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama
selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan
belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. (Isjoni, 2009: 12).
Berdasarkan pengertian kooperatif yang dikemukakan oleh
ahli di atas, menurut penulis pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja
kelompok untuk bekerjasama saling membantu. Tiap anggota kelompok terdiri dari
4-5 orang,siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter).
Pendapat-pendapat di atas belajar dengan model
kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain
itu, dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada soal-soal atau pemecahan
masalah. Oleh sebab itu,cooperative
learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan
saling tolong-menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
Model cooperative
learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang
sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerja sama, dan membantu teman.
Dalam cooperative learning, siswa
terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga memberikan
dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang
berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pada hakekatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang
mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa
menggunakannya. Walaupun cooperative
learning terjadi dalam bentuk kelompok.
Isjoni (2010: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang
dapat membedakan cooperative learning dengan
kerja kelompok, yaitu:
1) Positive Interdependence yaitu
hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan
diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan
yang lain pula atau sebaliknya.
2) Interaction Face to face,
yaitu interaksi yang langsung
terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan
individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal
diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang
bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3) Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran
dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya,
karena kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
4) Menampilkan
ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok). Meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat
dicapai dalam cooperative learning adalah
siswa belajar ketrampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah ketrampilan
yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Tiga konsep sentral
yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (2008:
26-27), Yaitu:
1) Tujuan
Kelompok; Cooperative learning menggunakan
tujuan- tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
2) Pertanggungjawaban
Individu; Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran induvidu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada
aktivitas pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
3) Kesempatan
yang sama untuk mencapai keberhasilan; Cooperative
learning menggunakan metode skoring yang mencangkup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatkan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi
rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c.
Keunggulan Pembelajaran kooperatif
Menurut Jarolimek dan Parker di dalam Isjoni (2010: 24)
mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1) Saling
ketergantungan yang positif.
2) Adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu.
3) Siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4) Suasana kelas
yang rilek dan menyenangkan.
5) Terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.
Berdasarkan keunggulan yang dikemukakan oleh ahli diatas, menurut penulis keunggulan
pembelajaran kooperatif adalah: Saling bekerjasama dan bergotong-royong. Saling
bekerjasama dan pengertian. Saling mencerdaskan. Saling menyayangi dan mengasihi.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2007: 27-28) menyatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim,et al. (2000), yaitu:
1) Hasil
Belajar Akademik; Dalam cooperative
learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan
terhadap perbedaan individu; Tujuan lain cooperative learning adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuanmya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan
ketrampilan social; Tujuan penting ketiga cooperative
learning adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Ketrampilan- ketrampilan sosial penting dimiliki siswa.
Menurut Surapranata (2010: 32) pada awalnya
pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-
nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, perilaku kooperatif dan menghargai
pluralism. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya
walaupun tidak tersirat. Arends (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga
tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1)
Peningkatan kinerja prestasi
akademik; Membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan
strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antarpeserta didik untuk
saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru
sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep.
2)
Penerimaan terhadap keragaman
(suku, sosial, budaya, kemampuan). Membuat suasana penerimaan terhadap sesama
peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan
kemampuan. Hal ini memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik
terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan
saling ketergantungan positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
3) Ketrampilan bekerjasama atau
kolaborasi dalam penyelesaian masalah. Mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau kolaborasi
dalam memecahkan permasalahan. Ketrampilan ini sangat penting bagi peserta
didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, peserta didik
belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
1 comments:
Metode pembelajaran yang sangat efektif. Dengan pembelajaran kooperatif/kelompok, tiap individu dapat memberikan pendapat dan saling memahami. Dengan demikian materi pun dapat mudah dikuasai.
Post a Comment