Model Pembelajaran kooperatif

Monday, February 12, 2018



a.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing adalah cooperative learning. Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49) Pada hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong-royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat     saling    membelajarkan    sesama    siswa     lainnya.    Metode pembelajaran kelompok adalah metode pembelajaran yang menitik beratkan pada kerjasama diantara siswa dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan tetapi tanpa sepenuhnya mendapatkan bimbingan dari gurunya. Artinya, siswa diperintahkan untuk bekerja dengan beberapa siswa lainnyadengan petunjuk dan bimbingan yang tidak begitu maksimal dari gurunya.
Menurut Sholihatin dan Raharjo (2007: 4) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar- mengajar sesama mereka (Isjoni, 2010: 17).
Menurut Isjoni (2009: 5) Pada model cooperative learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya. cooperative learning merupakan strategi belajar. Dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknnya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu  cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. (Isjoni, 2009: 12).
Berdasarkan pengertian kooperatif yang dikemukakan oleh ahli di atas, menurut penulis pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja kelompok untuk bekerjasama saling membantu. Tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang,siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter).
Pendapat-pendapat di atas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu, dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.
Model cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif  pada   proses   pembelajaran   sehingga   memberikan   dampak   positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

b.      Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok.
Isjoni (2010: 41) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
1)  Positive Interdependence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2)  Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
3)  Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
4)  Menampilkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).  Meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar ketrampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah ketrampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Tiga    konsep   sentral   yang    menjadi   karakteristik    pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (2008: 26-27), Yaitu:
1)  Tujuan Kelompok; Cooperative learning menggunakan tujuan- tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2)             Pertanggungjawaban Individu; Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran induvidu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas pada aktivitas anggota kelompok yang  saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3)  Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan; Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencangkup nilai perkembangan berdasarkan peningkatkan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

c.  Keunggulan Pembelajaran kooperatif
Menurut Jarolimek dan Parker di dalam Isjoni (2010: 24) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1)  Saling ketergantungan yang positif.
2)      Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3)      Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4)      Suasana kelas yang rilek dan menyenangkan.
5)      Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
6)  Memiliki       banyak      kesempatan      untuk      mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Berdasarkan keunggulan yang dikemukakan oleh ahli  diatas, menurut penulis keunggulan pembelajaran kooperatif adalah: Saling bekerjasama dan bergotong-royong. Saling bekerjasama dan pengertian. Saling mencerdaskan. Saling menyayangi dan mengasihi.

d.        Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2007: 27-28) menyatakan bahwa pada dasarnya cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,et al. (2000), yaitu:
1)  Hasil Belajar Akademik; Dalam cooperative learning meskipun mencangkup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2)                Penerimaan terhadap perbedaan individu; Tujuan lain cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuanmya. Pembelajaran kooperatif  memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3)  Pengembangan ketrampilan social; Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan- ketrampilan sosial penting dimiliki siswa.
Menurut Surapranata (2010: 32) pada awalnya pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai- nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, perilaku kooperatif dan menghargai pluralism. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya walaupun tidak tersirat. Arends (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1)     Peningkatan kinerja prestasi akademik; Membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antarpeserta didik untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep.
2) Penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan). Membuat suasana penerimaan terhadap sesama peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

3)    Ketrampilan bekerjasama atau kolaborasi dalam penyelesaian masalah. Mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Ketrampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain.

1 comments:

Riandi Fatih said...

Metode pembelajaran yang sangat efektif. Dengan pembelajaran kooperatif/kelompok, tiap individu dapat memberikan pendapat dan saling memahami. Dengan demikian materi pun dapat mudah dikuasai.

Post a Comment

Soal PTS Online kelas 8 Mts Al-Masyhuriyah

Soal PTS Online kelas 8 Mts Al-Masyhuriyah Kerjakan soal dengan benar sehingga mampu meraih nilai terbaik Memuat…

Popular Posts